BERITASUKOHARJO.com - Sebuah survei yang diselenggarakan oleh The Organization for Economic Cooperation and Development atau OECD pada tahun 2019 lalu, menempatkan Indonesia sebagai salah satu dari 10 negara dengan tingkat literasi terendah di dunia.
Ini adalah sebuah fakta yang sangat memprihatinkan, yang mana banyak anak-anak kini lebih memilih bermain game atau media sosial di smartphone daripada membaca buku. Fakta inilah yang mungkin menjadi salah satu alasan Wahyudi menjadi seorang pegiat literasi di Wonogiri.
Wahyudi, seorang pria berusia 42 tahun yang berasal dari Desa Tirtosuworo, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri ini adalah pegiat literasi yang berhasil mendapatkan banyak penghargaan berkat perjuangannya meningkatkan literasi di Wonogiri, khususnya daerah Giriwoyo.
Simak kisah inspiratif Wahyudi, sang pegiat literasi Wonogiri yang berjuang dari nol dengan merogoh kocek pribadi untuk membangun perpustakaan bernama Rumah Baca Sang Petualang.
BeritaSukoharjo.com sudah merangkum sedikit kisahnya dari wawancara langsung bersama Wahyudi via telepon. Simak selengkapnya!
Sebelumnya, Wahyudi bekerja sebagai pekerja lepas di Jakarta. Prihatin akan tingkat literasi atau minat baca yang kurang dari anak-anak dari desa tempat kelahirannya, dirinya memutuskan untuk menjadi pegiat literasi.
Tak tanggung-tanggung, Wahyudi rutin hadir menjadi penonton acara TV Kick Andy pada tahun 2014-2015. Dari acara itulah dia pasti mendapatkan buku untuk nanti dijadikan koleksi di perpustakaan impiannya.
Tidak hanya itu, dari gajinya yang tidak terlalu banyak, Wahyudi menggunakannya untuk membeli berbagai koleksi buku.
Selama merantau di Jakarta, Wahyudi juga berkoordinasi dengan perantau asal Wonogiri lainnya untuk membelikan buku-buku bagi anak-anak di kampung halaman.
Kerja kerasnya yang tidak kenal lelah untuk mewujudkan perpustakaan Rumah Baca Sang Petualang akhirnya terbayar sudah. Tidak lama, perpustakaan akhirnya jadi dan menarik perhatian banyak warga.
Program yang digagas Wahyudi, perpustakaan dengan nama Rumah Baca Sang Petualang secara rutin berkeliling desa dengan kendaraan roda dua.
Dia akan datang ke kelas-kelas TPQ (Taman Pendidikan Quran) di berbagai desa di Giriwoyo, dan akan meminjamkan berbagai koleksi buku pada anak-anak.
Selain itu, ada program belajar komputer dengan dibayar menggunakan sampah bagi anak-anak yang sudah menginjak remaja.
Jadi, anak-anak diminta untuk membawa sampah yang bisa diolah untuk dibawa ke perpustakaan, nanti mereka diberi reward dalam bentuk bisa belajar komputer.
“Nanti anak-anak akan diberikan semacam penyuluhan bagaimana cara memanfaatkan sampah-sampah tersebut menjadi beragam benda yang memiliki nilai jual,” ungkap Wahyudi.
Selama menjadi seorang pegiat literasi, sudah banyak pencapaian yang didapat oleh Wahyudi. Dirinya termasuk ke dalam 39 pegiat literasi se-Indonesia yang diundang untuk makan siang bersama Presiden Jokowi di Istana Negara pada tahun 2017.
Dia juga menerima program Kampung Literasi yang diberikan oleh Kemendikbud RI di tahun yang sama.
Baca Juga: Pemilik UMKM Wajib Tahu! Berikut Syarat dan Ketentuan KUR BRI 2023
Selain itu, kendaraan roda dua yang dia gunakan untuk mengoperasikan perpustakaan keliling merupakan hibah dari Perpustakaan Nasional pada tahun 2018.
Di tahun 2023 ini, Wahyudi mendapatkan hadiah kendaraan roda tiga dari perusahaan jasa ekspedisi terkenal yakni JNE.
Dengan tambahan kendaraan tersebut, Wahyudi akan mempergunakannya sebagai perpustakaan keliling yang memuat lebih banyak koleksi buku lagi.
Wahyudi mengaku, dibanding duka, ada banyak suka yang dia dapat selama menjadi seorang pegiat literasi di Wonogiri.
Menjadi saksi bagaimana anak-anak yang semakin semangat dalam membaca, membuat dia bahagia.
Selain itu, kegiatannya sebagai seorang pegiat literasi membuat Wahyudi memiliki relasi dari berbagai macam latar belakang, yang bisa menambah pengetahuan baginya.
Duka yang dirasanya oleh Wahyudi, ketika awal-awal dia memulai kegiatan sebagai pegiat literasi. Perjuangan yang dirasakannya sebanding dengan pencapaian yang dia dapat saat ini.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Wahyudi untuk bisa meningkatkan literasi di Wonogiri tidak hanya terus melakukan program-program yang saat ini dia lakukan.
Dia juga bekerjasama dengan berbagai rumah baca lain yang tersebar di Kabupaten Wonogiri. Mengingat Rumah Baca Sang Petualang dan rumah-rumah baca tersebut memiliki visi dan misi yang sama untuk meningkatkan minat baca anak-anak di Wonogiri.
Mengenai harapan sebagai seorang pegiat literasi ke depannya, semoga apa yang dilakukan oleh Wahyudi bisa menginspirasi orang lain dan rumah baca yang dikelolanya semakin bermanfaat bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya.***
Simak selengkapnya sebuah kisah inspiratif dari Wahyudi, pegiat literasi Wonogiri yang bangun Rumah Baca Sang Petualang dari kocek pribadi.
by Risqi Nurtyas Sri Wikanti