BERITASUKOHARJO.com – Rempeyek biasanya dijadikan sebagai makanan pendamping yang mudah ditemui di pasar tradisional sampai swalayan.
Tekstur rempeyek yang renyah dan gurih, membuatnya memiliki banyak penggemar dari berbagai kalangan.
Dikutip BeritaSukoharjo.com dalam acara 'Cuan Boss' melalui kanal YouTube TRANS7 OFFICIAL, Yessi Callista seorang pengusaha kuliner berusia 32 tahun berhasil memanfaatkan peluang dalam dunia bisnis untuk berjualan rempeyek.
Yessi mengaku bahwaawal berjualan rempeyek per bulan bisa mencapai omzet ratusan juta ketika hari biasa, tetapi untuk hari-hari tertentu, seperti Lebaran, maka omzetnya bisa meningkat hingga 50 juta per hari.
Sasaran target pasar dari Yessi adalah agar rempeyek bisa dikonsumsi oleh berbagai kalangan, bahkan sampai berhasil menjangkau sejumlah tokoh terkenal di Indonesia sehingga tidak mengherankan jika per bulan omzet ratusan juta bisa dicapainya dan auto bikin tajir.
Yessi menceritakan awal mulanya karena rempeyek adalah cemilan favorit di keluarganya hingga setiap harinya akan selalu membuatnya. Ia juga mengaku jika di keluarganya memiliki resep rempeyek yang sudah turun-temurun.
Resep rempeyek itu ternyata mendapat sambutan baik dari teman-temannya, sampai di suatu titik Yessi diminta untuk memasarkan rempeyek buatannya tersebut yaitu pada tahun 2019.
Awalnya untuk proses produksinya hanya dilakukan di dapur rumahnya dan dibantu dengan satu orang karyawan saja.
Yessi yang merupakan lulusan sekolah bisnis ekonomi di Amerika Serikat ini memahami terkait prospek dari berjualan rempeyek ini dan tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
Meskipun di awalnya sekali produksi rempeyek hanya 10 kg, kemudian Ia melakukan ekspansi dengan menambahkan variasi.
Total saat ini terdapat 6 variasi rasa rempeyek buatannya, yaitu kacang tanah, kacang hijau, kedelai hitam, teri, cabai rawit, dan teri medan.
Yessi yang serius menggeluti bisnis ini kemudian mendaftarkan rempeyek buatannya ke bapak BPOM untuk mendapatkan sertifikasi jika rempeyek buatannya sehat dan dapat menjangkau semua kalangan.
Iac bahkan juga mendaftarkan hak paten atas rempeyeknya, dengan tujuan supaya bumbu rahasia rempeyeknya itu tidak dicuri oleh orang lain.
Selanjutnya pada tahun 2020 Yessi memutuskan untuk membuka pabrik khusus pengolahan rempeyek.
Ia memastikan jika bahan-bahan yang digunakan dalam membuat rempeyek adalah bahan premium, sehingga tidak heran jika ‘ada harga ada barang’.
Yessi melakukan branding dengan menggunakan seluruh media sosialnya untuk memasarkan rempeyek buatannya.
Ia juga sangat memperhatikan terkait servicenya yaitu untuk sebisa mungkin tidak mengecewakan konsumennya.
Yessi yakin jika kepercayaan konsumen terhadap produknya adalah hal penting, oleh karena itu kualitas rempeyek buatannya tetap dipertahankan rasanya.
Yessi juga memperhatikan terkait minyak yang digunakan untuk menggoreng rempeyeknya, hal ini untuk memastikan hasil akhirnya renyah. Minyak gorengnya hanya boleh digunakan sekali saja.
Lebih lanjut, Yessi bahkan memiliki SOP khusus yang mengatur sebanyak berapa kilo adonan yang dimasak menggunakan minyak tersebut, dan Ia juga mencegah supaya minyak goreng tidak sampai berubah menghitam.
Hal ini ternyata mendapatkan respon baik dari pembeli yaitu jika rempeyek buatannya terbukti enak dan tidak mengandung minyak terlalu banyak serta tidak membuat tenggorokan sakit.
Saat ini kapasitas produksi rempeyek Yessi meningkat mencapai 50 kg per hari. Pada pemasarannya itu, Yessi menawarkan beragam paket dengan harga mulai Rp18.000 sampai Rp200.000.
Pada proses finishing yaitu rempeyek yang sudah matang akan diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum masuk proses packing dan didistribusikan ke konsumennya.***
Yessi, pebisnis rempeyek yang sukses mendapatkan omzet mencapai ratusan juta per bulan karena Ia mematikan SOP kualitas produk buatannya.
by Nurulfitriana Ramadhani