Haitham al-Ghais: Rusia adalah Pemain Besar, Utama, dan Sangat Berpengaruh di Peta Energi Dunia

Menurut Haitham al-Ghais, Rusia adalah pemain besar, utama, dan sangat berpengaruh di peta energi dunia dan bukan pesaing.

by Nurulfitriana Ramadhani

BERITASUKOHARJO.com - Sekretaris Jenderal OPEC, Haitham al-Ghais, mengatakan bahwa keanggotaan Rusia di OPEC+ sangat penting untuk keberhasilan perjanjian itu.

Hal itu sebagaimana dilaporkan oleh surat kabar Kuwait Al Rai pada hari Minggu yang mengutip wawancara eksklusif dengan Haitham al-Ghais.

Dia mengatakan OPEC tidak sedang bersaing dengan pihak Rusia. Sebaliknya, dia menyebutbahwa Rusia adalah "pemain besar, utama, dan sangat berpengaruh di peta energi dunia."

OPEC+ adalah aliansi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia.

Baca Juga: Resep Sayur Nangka ala Warung Padang, Menu Sederhana yang Bikin Ketagihan

Pada Rabu, 3 Agustus 2022 mendatang, Al-Ghais, mantan gubernur OPEC Kuwait, akan memimpin pertemuan OPEC+ pertamanya.

OPEC akan mempertimbangkan untuk menjaga produksi minyak agar tidak berubah untuk bulan September, meskipun ada seruan dari Amerika Serikat untuk lebih banyak pasokan minyak.

Meskipun, peningkatan produksi moderat juga kemungkinan akan dibahas, setidaknya ada delapan sumber yang mengatakan kepada Reuters pada pekan lalu.

Kepada surat kabar Kuwait Al Rai, AL-Ghais mengatakan bahwa OPEC tidak mengendalikan harga minyak. Dia juga menambahkan tentang situasi pasar.

Baca Juga: Bikin Cemilan Populer Korea, yuk! Simak Resep Kue Goreng Super Enak Ini, Isiannya Unik dan Lumer

"Tetapi mempraktikkan apa yang disebut menyesuaikan pasar dalam hal penawaran dan permintaan, menggambarkan keadaan pasar minyak saat ini sebagai sangat tidak stabil dan bergejolak."

Selain itu, Haitham al-Ghais memberi tanggapan tentang kenaikan harga minyak baru-baru ini.

"Bagi saya, saya masih menekankan bahwa kenaikan harga minyak baru-baru ini tidak hanya terkait dengan perkembangan antara Rusia dan Ukraina."

Dari semua sumber data mengonfirmasi terkait kenaikan yang secara bertahap dan kumulatif sebelum pecah perang Rusia dan Ukraina.

Baca Juga: Resep Olahan Sisa Putih Telur, Jadi Cemilan Brownies Kukus Super Lembut, Kamu Harus Coba!

"Semua data mengonfirmasi bahwa harga mulai naik secara bertahap dan kumulatif, dan sebelum pecahnya perkembangan Rusia-Ukraina," tuturnya.

"Karena persepsi yang berlaku di pasar bahwa ada kekurangan kapasitas produksi cadangan yang telah menjadi terbatas pada beberapa dan negara-negara terbatas."

Dilansir oleh BeritaSukoharjo.com dari situs Reuters, harga minyak telah melonjak pada 2022 ke level tertinggi sejak 2008.

Harga tersebut naik di atas $139 per barel pada bulan Maret, terjadi setelah Amerika Serikat dan Eropa memberlakukan sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina. 

Baca Juga: Resep Olahan Roti Tawar Jadi Kroket Kentang ala Korea, Cita Rasa Gurih yang Bikin Ketagihan

Harga minyak telah turun menjadi sekitar $108. Terjadinya penurunan karena melonjaknya inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan kekhawatiran resesi yang akan mengikis permintaan.

Terkait pertanyaan tentang faktor-faktor yang akan memengaruhi harga minyak pada akhir tahun, al-Ghais memberi jawaban.

"Dalam pandangan saya, faktor yang paling penting adalah berlanjutnya kurangnya investasi di bidang pengeboran, eksplorasi dan produksi," ungkapnya.

"Ini akan mendorong harga ke arah yang lebih tinggi, tetapi kami tidak dapat menentukan level yang akan mereka capai." ***

Author : Nurulfitriana Ramadhani

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Excepturi doloribus unde molestias laborum delectus adipisci, eos repellat in debitis cum impedit numquam, architecto, facilis.