BERITASUKOHARJO.com - Jelang pertemuan OPEC pekan ini, pagi ini, Senin 1 Agustus 2022, dikabarkan harga minyak tergelincir saat membuka perdagangannya di Asia.
Pada 0000 Greenwich Mean Time (GMT), minyak mentah berjangka Brent turun 63 sen, atau 0,6%, menjadi $ 103,34 per barel.
Ketika perdagangan dimulai di Asia, minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di $97,87 per barel, dan turun 75 sen, atau 0,7%, setelah mencapai sesi terendah $97,55.
Pada hari Jumat, 29 Juli 2022, kedua kontrak rebound lebih dari $2 per barel karena selera risiko meningkat di kalangan investor.
Baca Juga: 7 Makanan dan Minuman yang Harus Dihindari Saat Diet, Bikin Diet Auto Sia-Sia!
Namun, baik Brent maupun WTI mengakhiri bulan Juli dengan kerugian bulanan yang kedua berturut-turut untuk pertama kalinya sejak 2020.
Hal ini karena melonjaknya inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan kekhawatiran resesi yang akan mengikis pada permintaan bahan bakar.
Dilansir oleh BeritaSukoharjo.com dari Verve Times, hasil analis ANZ mengatakan bahwa penjualan bahan bakar untuk pengemudi di Inggris berkurang, sementara itu untuk permintaan bensin tetap di bawah rata-rata lima tahun pada tahun ini.
Mempertimbangkan hal ini, para analis dalam survei dari situs Reuters, untuk pertama kalinya sejak bulan April mengurangi perkiraan mereka untuk rata-rata harga Brent 2022 menjadi 105,75 dolar AS per barel, dan menjadi 101,28 dolar AS untuk WTI.
Baca Juga: Resep Lemper Goreng yang Enak dan Gurih, Kamu Harus Coba!
Pada Rabu mendatang, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk juga Rusia, dan sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu untuk membahas dan memutuskan produksi pada September mendatang.
Dalam survei dari situs Reuters, dua dari delapan sumber OPEC+ mengatakan kenaikan moderat untuk bulan September akan dibahas dalam pertemuan pada hari Rabu, 3 Agustus 2022, sementara sisanya mengatakan produksi kemungkinan akan tetap stabil.
Pertemuan itu terjadi setelah Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, datang mengunjungi Arab Saudi pada bulan lalu.
"Sementara kunjungan Presiden Biden ke Arab Saudi tidak menghasilkan pengiriman minyak langsung, kami percaya bahwa Kerajaan akan membalas dengan terus meningkatkan produksi secara bertahap," ujar analis RBC Capital, Helima Croft, dalam sebuah catatannya.
Pada awal bulan Agustus, OPEC+ telah memiliki rekor pengurangan produksi sejak pandemi COVID-19 terjadi pada tahun 2020.
Pada hari Minggu, 31 Juli 2022, Surat kabar Kuwait Al Rai melaporkan, bahwa Sekretaris Jenderal OPEC, Haitham al-Ghais, menerangkan terkait status keanggotaan Rusia di OPEC+ sangat penting untuk mencapai keberhasilan perjanjian.
Sementara itu, data dari Baker Hughes menunjukkan bahwa produksi minyak AS terus naik karena jumlah rig naik 11 pada Juli, meningkat untuk rekor 23 bulan secara berturut-turut. ***
Harga minyak dikatakan tergelincir sebelum pertemuan OPEC+ dilakukan pada Rabu mendatang, 3 Agustus 2022.
by Nurulfitriana Ramadhani