SUKOHARJOUPDATE - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan beberapa fakta dari kecelakaan bus wisata GA Trans di bukit Bego, Imogiri, Bantul yang membangun 13 orang warga Polokarto Sukoharjo yang tengah berwisata dengan menggunakan bus tersebut.
Plt Kepala Sub Komite Moda Investigasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT mengatakan memang belum ada kesimpulan dari hasil pemeriksaan bus dan saksi.
Namun dugaan bus GA Trans mengalami rem blong dan kemudian menghantam dengan keras tebing Bukit Bego bukan karena rem blong. Namun disebakan cara sopir dalam mengendalikan laju bus.
Pasalnya, dari pemeriksaan kendaraan, sistem rem, sambungan tabung tidak mengalami kebocoran.
"Tidak ada kebocoran. Semua sistem bekerja dengan baik. Anginnya masih ada, artinya tidak ada masalah, artinya bus itu harus bisa mengerem," tulisnya pada wartawan, Selasa 8 Februari 2022.
Ini bisa dilihat dari kondisi roda, dan tromol bus masih dalam ambang batas normal.
Baca Juga: Bikin Rindu Masa Kecil, Gaban, Sariban, Goggle V, Voltus V, Superhero Klasik Era 80-an
Untuk rute juga telah melakukan pengecekan. Dari jalurnya sendiri, Tebing Brezi, Heha Sky View hingga Bukit Bego, bukan rute aman untuk dilalui bus besar. Ini dilihat dari kelebaran jalan dan kemiringan.
Mengarahkan kecelakaan itu disebakan karena ada kepanikan dari sopir bus wisata.
Sebab dari pemeriksaan saksi yang ada didalam bus, ungkap Ahmad, laju bus saat jalan menurun justru menggunakan gigi 3, sehingga bus melaju cepat.
Keterangan ini dengan saksi lain yang saat berada di belakang bus melihat bila lampu bus menyala terus. Namun laju bus melaju cepat.
"Artinya sopir bus ini melakukan pengereman yang panjang," ucapnya.
Saat mendekati lokasi kejadian perkara, sopir mengalami kesulitan memindahkan gigi dari 3 ke 2 karena bus begitu cepat menurun.
Malah sebaliknya, posisi gigi masuk ke posisi netral. Jelas dalam kondisi gigi netral, maka laju kendaraan akan lebih cepat lagi.
"Kondisi itu terlupakan membuat sopir panik. Karena panik, sopir tidak sempat menarik tuas handbreak (rem tangan). Kami menemukan tuas handbreak belum ditarik, dan saksi mengatakan iya," terangnya.
"Sistem rem itu digas mengisi angin, dan saat ngerem membuang angin. Jadi, sopir tidak punya waktu untuk mengisi angin, dia meluncur bukan saat mengisi mesin tapi oleh gaya gravitasi," menambahkan.
Baca Juga: Selamat! UNS Raih Peringkat Enam Nasional Webometrics 2022
Sehingga ketika angin sampai ambang batas 6 bar atau di posisi dibawah 5 bar, maka laju bus tidak bisa direm.
"Tanpa ngegas, kecepatannya tinggi karena dia turun terus dan ngerem terus, angin dibuang terus".***
KNKT mengungkap supir bus wisata GA Trans sempat panik karena tak mampu memindahkan gigi saat bus melaju dijalan menurut sebelum menghantam
by Bramantyo