SUKOHARJOUPDATE - Sumanto (55 tahun), semula tidak menyangka dirinya bakalan tidak mempunyai tetangga. Namun keadaan ini harus ia terima dengan lapang dada. Hatinya sedih, begitu menyaksikan satu persatu rumah tetangganya dirobohkan akibat dampak proyek jalan tol Solo - Klaten - Yogyakarta yang saat ini sudah mulai dikerjakan.
Ya, Sumanto ini salah satu warga yang kena dampak jalan tol. Warga Dukuh Ngentak, Desa Kranggan, Polanharjo, Klaten ini, semula mempunyai tetangga 20 rumah. Kesehariannya, ia berjualan soto dan toko kelontong kecil-kecilan.
Dukuh Ngentak RT 14, RW 05 ini kena dampak proyek jalan tol. Rumah tetangganya yang sudah dirobohkan, mulai pindah ke berbagai desa.
Baca Juga: Lima Model Bus di Indonesia Sebelum Era Milinial, Mana yang Pernah Kamu Naiki?
Hanya rumah Sumanto inilah yang tidak terkena proyek jalan tol, sehingga ia tak perlu pindah rumah. Meski begitu, pekarangan di belakang rumahnya seluas 950 meter persegi, ikut kena proyek. Tanahnya dihargai 625 juta rupiah.
Agar uangnya tidak cepat habis, bapak dua putera ini membeli satu patok sawah lagi. Kebetulan ada yang menjual sawah, tepat di depan rumahnya.
"Separo uangnya saya belikan sawah satu patok (luasnya 1.750 meter persegi) seharga Rp300 juta dan sebagian lagi untuk merenovasi rumah bagian belakang," kata Sumanto.
Baca Juga: Kompak, Kapolres dan Dandim Gelar Wasbang di Ponpes Daarul Hidayah Sukoharjo
Begitu membuka pintu belakang rumahnya, pengerjaan proyek jalan tol sudah terlihat begitu dekat.
Sumanto mengaku tidak takut tinggal sendirian bersama keluarganya.
"Lha mau gimana lagi, memang tetangga sudah pindah semua. Kami tidak apa-apa tinggal sendirian, toh nanti ada tetangganya juga suatu saat nanti," jelas Sumanto.
Baca Juga: Pertama Kali, Pendidikan Olahraga FKIP UMS Gelar Festival Permainan Tradisional
Diakui Sumanto, dirinya kadang-kadang merasa kangen juga dengan para tetangganya. Biasanya mereka ketemu di mushola yang letaknya di belakang rumahnya.
"Biasanya kami ketemu di mushola, berbincang-bincang usai sholat. Kini sudah tak bisa lagi, musholanya besok juga ikut dirobohkan," tambah Sumanto pasrah.
Kini, untuk menuju masjid terdekat, dirinya harus naik motor sejauh satu kilometer. Tetangga paling dekat yaitu dukuh Padas, Desa Kranggan, jaraknya sekitar setengah kilometer.
Baca Juga: Masa Jabatan Kades Berakhir, 13 Desa di Sukoharjo Bakal Gelar Pilkades Serentak
"Itu dukuh paling dekat ya Padas itu, terlihat dari sini. Jaraknya setengah kilometer," ujar Sumanto.
Ya, memang di depan rumah Sumanto adalah hamparan persawahan, sehingga kampung terdekat terlihat tanpa halangan.
Meski tak lagi mempunyai tetangga, Sumanto tetap berjualan soto. Pembelinya dari berbagai wilayah.
Baca Juga: Tagar 'JISOO SOLO THIS YEAR' Tranding di Tweeter, Ternyata ini Sebabnya
"Paling banyak kalau hari Minggu atau hari libur, banyak yang olahraga naik sepeda, lalu mampir ke sini," kata Sumanto.
Sumanto mengisahkan, dulu warga setempat pernah mendengar informasi kalau di wilayah ini akan dijadikan proyek jalan tol pada pemerintahan Presiden Soeharto.
"Dulu yang kami dengar, Dukuh Samin Desa Kranggan sini juga yang akan terkena proyek jalan tol. Jaraknya sekitar satu kilometer dari sini, letaknya di sebelah barat sana," kenang Sumanto.
Namun proyek tersebut tidak jadi. Kini di Pemerintahan Jokowi, jalan tol justru lewat di Dukuh Ngentak. Sumanto tidak menyangka sama sekali.
Sumanto dan warga yang lain, baru satu tahun yang lalu mendengar akan terkena proyek jalan tol sepanjang 96,57 kilometer tersebut.
Sumanto sendiri mengaku, dirinya adalah pendatang di Dukuh Ngentak ini. Awalnya ia tinggal di Kecamatan Delanggu. Karena rumahnya terkena pelebaran jalan, ia membeli tanah dan mendirikan rumah di Dukuh Ngentak ini sejak tahun 2013 sampai sekarang.***
Dampak Jalan Tol, Sumanto Kranggan Klaten Tak Punya Tetangga, karena semuanya pindah ke berbagai tempat. Namun
by Kinan Riyanto