SUKOHARJOUPDATE - Siapa bilang menjadi petani itu 'ndeso' alias tertinggal? Anggapan seperti itu harus dihapus dari pikiran kebanyakan orang. Sekarang ini, menjadi petani justru keren dan kaya. Hal ini sudah dibuktikan oleh seorang petani muda Afip Amrizal Basri (25 tahun) warga Dukuh Tlogowono, Desa Bono, Kecamatan Tulung, Klaten, Jawa Tengah.
Anak muda lulusan IT ini justru senang menggeluti dunia pertanian yaitu pengolahan kohe menjadi kompos dan tanaman hias.
Afip menjelaskan, sejak kecil ia sudah sangat mengenal dunia pertanian. Bapaknya yang sebagai buruh pabrik dan ibunya seorang petani, ia sangat akrab dengan hal-hal yang berbau pertanian.
Baca Juga: Komunitas Pecinta Alam Kopialas Solo Raya Berbagi Untuk Semeru
"Sejak kecil saya sudah terbiasa 'ngarit' mencari rumput untuk pakan ternak milik orangtua. Meskipun saya kuliah jurusan IT, namun dunia pertanian tetap menjadi jalan hidup saya," kata Afip.
Di tengah-tengah kesibukannya sebagai mahasiswa, Afip membudidayakan tanaman hias. Semula, ia berjualan di rumahnya karena belum ada lahan. Dengan modal Rp400.000 kala itu, ia mulai berjualan aneka tanaman hias. Kini ia sudah mempunyai greenhouse seluas 300 meter, yang bisa menampung ribuan bebungaan.
Saat pandemi, usaha tanaman hiasnya berkembang pesat. Banyak pengunjung antri membeli berbagai bunga. Omzetnya bahkan bisa mencapai Rp40 juta. Di sini, pengunjung bisa memilih berbagai jenis tanaman seperti kaktus, syngonium, philodendrum, monstera, dan lain-lain. Ia mematok harga dari Rp5.000 hingga Rp1 juta.
Baca Juga: Ngeri Lur! Sampah Menumpuk di Depan Pintu Air Sungai Mlese Desa Soka, Klaten
"Waktu pandemi, peminatnya luar biasa. Karena harus work from home mungkin ya, sehingga banyak orang yang mengisi waktu luangnya dengan menanam bunga," jelas Afip yang kini sudah dibantu satu orang karyawan.
Selain pembeli datang langsung ke green house yang ia beri nama Tanaman Hias Klaten, paling banyak pembeli berasal dari penjualan secara online. Sesuai perkembangan jaman, Afip mengaku lebih suka mengandalkan penjualan secara online, dengan memanfaatkan media sosial yakni Instagram dan WhatsApp. Kedepan, dia juga berencana mengembangkan pemasaran melalui online shop.
Sehingga green house yang dia dirikan sebatas sebagai "gudang" atau tempat untuk memajang koleksi tanaman yang dia jual.
Wilayah pemasarannya, Afip mengaku saat ini baru melayani permintaan dari wilayah Soloraya serta Jawa Tengah.
“Konsentrasi kami saat ini masih di Klaten serta wilayah Jawa Tengah. Untuk lebih jauh lagi, kami terkendala dalam proses karantina tanaman bila harus mengirim sampai luar Jawa Tengah. Ke depan, kami tetap memiliki target agar bisa melayani pembelian dari seluruh Indonesia,” jelas lulusan Universitas Widya Dharma Klaten ini.
Selain menggeluti tanaman hias, Afip bersama kawan-kawannya sesama anak muda, juga terjun mengolah kotoran hewan menjadi pupuk kompos. Dirinya juga menjadi salah satu penggagas terbentuknya Komunitas Petani Muda Klaten yang saat ini beranggotakan 200an petani milenial.***
Siapa bilang menjadi petani itu 'ndeso' alias tertinggal? Anggapan seperti itu harus dihapus dari pikiran og.
by Kinan Riyanto