Sarana Datangkan Gaib, Ini Boneka Arwah Fenomenal di Tanah Jawa

dalam khasanah kebudayaan Jawa boneka arwah dijadikan media untuk mengetahui hal-hal gaib yang berada di luar kemampuan kesadaran manusia.

by Bramantyo

SUKOHARJOUPDATE -Dalam budaya Jawa ada sebuah boneka yang dipercaya sebagai media mendatangkan arwah.

Masyarakat biasa menyenutnya Jalangkung. Sedangkan, di daerah lain disebut Nini Thowok atau Nini Thowong.

Hal itu disampaikan pemerhati budaya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Tundjung Wahadi Sutirto.

Baca Juga: Khofifah : Kapasitas Siswa Didasarkan Cakupan Vaksin Dosis Dua pada PTK dan Lansia

Menurutnya Jalangkung itu terbuat dari gayung atau di Jawa disebut dengan siwur (alat untuk mandi) yang terbuat dari bathok (kulit kelapa) dan diberikan ragangan kayu untuk tangan.

"Kalau Jalangkung itu dipersonifikasikan sebagai figur laki-laki maka boneka arwah yang personifikasinya perempuan disebut dengan Nini Thowok," jelas Tundjung, Rabu, 5 Januari 2022.

Tundjung menjelaskan, dalam khasanah kebudayaan Jawa boneka arwah dijadikan media untuk mengetahui hal-hal gaib yang berada di luar kemampuan kesadaran manusia.

Baca Juga: Menag Sesalkan Kasus Perusakan Ponpes di Lombok Timur, Ceramah Harus Santun dan Publik Tak Main Hakim Sendiri

Misalnya, dalam permainan Jalangkung, arwah yang datang bisa ditanya siapa namanya, kapan meninggalnya, dan memberikan informasi terhadap sesuatu yang akan terjadi.

Bahkan, boneka arwah disebut Tundjung bisa digunakan untuk menyakiti orang. Dalam praktik santet dan teluh, bagian tubuh boneka arwah bisa direkayasa untuk menyakiti orang yang dijadikan target.

"Misalnya, dengan ditusuk bagian jantungnya boneka itu kemudian jantungnya orang yang jadi sasaran korban juga akan tersakiti. Tetapi, tidak sedikit yang menggunakan media boneka arwah seperti Jalangkung itu untuk iseng permainan di kala bulan purnama," imbuhnya.

Baca Juga: Penyebaran Varian Omicon Capai 408 Ribu Kasus di Dunia, Pemerintah Indonesia Waspadai Penyebaran

Dirinya juga menyatakan, tidak ada momentum khusus yang merujuk pada kepopuleran boneka arwah.

Meski begitu, penggunaan kekuatan spiritual dalam konteks historis perilaku sering kali muncul saat masa-masa krisis.

"Contohnya ketika terjadi krisis ekonomi di tahun 1929, muncul dan populer visualisasi makhluk halus yang disebut dengan Nyi Blorong," imbuhnya.

Baca Juga: Masuki Usia Ke 5, RS RS UNS Membuka Poliklinik Eksekutif dan UNS Aesthetic Center

Kemudian di era revolusi Indonesia pascakemerdekaan, mulai muncul banyak aliran kebatinan yang menjadi era suburnya kepercayaan terhadap kekuatan supranatural.

"Jadi, konstruksinya hampir sama bahwa boneka arwah itu tetap ada dari dulu hingga sekarang sebagaimana era yang diklasifikasikan sebagai era ontologi seperti saat ini tetapi faktanya era mistis masih selalu ada dan berkembang sesuai konteks zamannya," pungkas Tundjung.***

Author : Bramantyo

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Excepturi doloribus unde molestias laborum delectus adipisci, eos repellat in debitis cum impedit numquam, architecto, facilis.