Harga Telur dan Mentega Meroket, Produsen Roti di Klaten Menjerit

Harga Telur dan Mentega Meroket, Produsen Roti di Klaten Menjerit karena harga bahan baku pembuatan roti naik

by Kinan Riyanto

 

 

SUKOHARJOUPDATE - Tingginya harga telur di pasaran, membuat produsen roti di Kampung Roti Desa Jonggrangan, Klaten Utara, Klaten, Jawa Tengah, menjerit.

Selain mahalnya harga telur, produsen juga dipusingkan dengan bahan lainnya yang ikut melonjak naik. Di antaranya mentega dan gas elpiji 12 kilogram.

Salah seorang karyawan di rumah produksi roti, Tri Oktaviani menjelaskan, harga telur yang semula Rp20.000 naik menjadi Rp28.000, harga mentega yang semula Rp277.000 naik menjadi Rp305.000 per dus seberat 12 kilogram, gas elpiji 12 kilogram yang semula Rp145.000 naik menjadi Rp165.000.

Baca Juga: Asap Puncak Kawah Semeru Setinggi 500 Meter Terpantau Keluar, Guguran Terjadi Sebanyak Tiga kali

Tri menjelaskan, di rumah produksi roti yang ia kelola, setiap harinya membutuhkan 10 dus mentega, 5 buah gas elpiji 12 kilogram, dan telur ayam 75 kilogram.

Untuk mengantisipasi kerugian, produsen terpaksa ikut menaikkan harga jual roti, namun tidak terlalu tinggi. Yaitu antara Rp500 sampai Rp1000 per bungkusnya.

"Karena harga-harga bahan pokok pembuatan roti naik, terpaksa kami juga menaikkan harga jual, namun tidak terlalu tinggi naiknya," kata Tri.

Baca Juga: Dampak Implementasi Program MBKM, Jadi Faktor Akselerasi Visi Misi UMS 2029

Dalam sehari, di rumah roti bisa membuat 300 bungkus roti. Yang semula per bungkus ukuran kecil harganya Rp20.500 naik menjadi Rp21.000. Untuk roti ukuran besar, yang semula harganya Rp41.000 naik menjadi Rp42.000.

Semula, saat pandemi berlangsung, hampir semua rumah produksi di kampung roti ini, tidak beroperasi lama. Karena selama pandemi tidak ada orang hajatan atau kumpul-kumpul.

Baru beberapa bulan ini mulai menggeliat menerima pesanan dari warga sekitar, justru dihantam dengan harga bahan baku melonjak naik. Setiap harinya, para produsen harus mengeluarkan tambahan uang belanja bahan pokok rata-rata Rp1 juta.

Baca Juga: Rutin Konsumsi Degan Wulung, Rasakan Manfaatnya Bagi Tubuh

Salah seorang pembeli, Sri Emi mengatakan, kenaikan pada roti yang biasa menjadi langganannya ini, tidak membuatnya keberatan.

"Naik sedikit tidak apa-apa, lha wong bahan bakunya juga ikut naik kok. Ini saya pesen 10 bungkus untuk oleh-oleh saudara yang datang,'' kata Sri Emi.

Sri Emi mengakui, rasa roti di Desa Jonggrangan ini rasanya enak dan mantap. Karena sudah cocok dengan rasa dan harganya, ia tidak mau pindah ke lain tempat.***

 

Author : Kinan Riyanto

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Excepturi doloribus unde molestias laborum delectus adipisci, eos repellat in debitis cum impedit numquam, architecto, facilis.