Kisah Kesetiaan Abdi Dalem, Rela Digaji Kecil Yang Penting Mengabdi Pada Keraton

Abdi Dalem: Meski mendapatkan upah yang kecil, namun para abdi dalem Kraton Kasunanan Surakarta ini tetap setia

by Bramantyo

SUKOHARJOUPDATE - Siapa yang tak tahu kesetiaan abdi dalem Kraton. Semua pasti mengakui kesetiaan abdi dalem Kraton.

Meski upah yang mereka terima tak begitu besar, namun para abdi dalem Kraton ini masih tetap setia. Sebenarnya apa yang membuat para abdi dalem ini setia mengabdi pada Keraton.

Mengabdi harus dari hati dan penuh keikhlasan. Bukan hanya materi saja namun juga keberkahan yang diharapkan.

Baca Juga: UNS Beberkan Mobil Evakuasi Tertimbun Lahat Semeru, Begini Foto Terbaru Dimana Kendaraan Terbenam

Itu yang diutarakan salah satu anggota Pokoso Kademangan Jaten (Paguyuban Kawula Kraton Surakarta) Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Sulardi Hadinagoro salah satu alasan abdi dalem kraton saat ditanya kenapa abdi dalem begitu setia mengabdi pada Kraton.

"Kesetiaan itu dari sini (menunjuk dada)," tegas Sulardi Hadinagoro saat ditemui di kediamannya di Ngringo Palur, Kamis 9 Desember 2021.

Sulardi Hadinagoro merupakan salah satu dari ribuan abdi dalem Kraton yang tersebar di berbagai wilayah eks Karesidenan Surakarta. Mengabdi menjadi abdi dalem Kraton Kasunanan Surakarta sejak tahun 1987.

Baca Juga: Waduh, Selama Dua Bulan 68 ribu Pemegang KIS-PBI BPJS di Karanganyar Dinonaktifkan

Jika dihitung secara matematik, ungkap Sulardi,jelas tidaklah cukup bila hanya mengandalkan hidup dari gaji sebagai abdi dalem Kraton. Tapi hidup itu,kata dia, bukan hanya dari banyak sedikitnya uang. Namun juga rasa ketenangan, tentrem, adem, ayem.

Para abdi dalem kraton sadar betul jika dengan mengabdikan diri pada kraton menuntut imbalan materi tidak akan membuat mereka kaya. Namun ada kepercayaan dalam diri mereka bahwa kraton akan menghidupi.

Sulardi mengatakan, lihat saja betapa setianya mereka mengikuti berbagai macam prosesi di kraton.

Baca Juga: Viral, Polisi ini Spontan Bagikan Uang Pribadi Pada Anak-anak Korban Erupsi Gunung Semeru

Mereka harus duduk berjam-jam, keliling kota Solo untuk mengikuti  kirab,  mempersiapkan ubo rampe untuk upacara kraton. Semuanya gratis, tidak dibayar dan dilakukan para abdi dalem dengan ikhlas.

"Bayangkan saja, apa ada jaman sekarang yang mau bersikap seperti itu jika tidak dilandasi rasa kesetiaan dan keiklsan untuk mengabdi saja," ungkapnya Sulardi.

Sulardi juga merasakan nikmatnya menjadi abdi dalem kraton Kasunanan Surakarta.

Baca Juga: Tanggap Dampak Erupsi Gunung Semeru, Ganjarist Sukoharjo Gotong Royong Kirim Bantuan

Sulardi mengaku dirinya menjadi abdi dalem semata-mata karena ingin mengabdi pada kraton kasunanan Surakarta. Murni keinginan hati untuk  mengabdikan diri pada kraton, ora mikir imbalane (tanpa berfikir mendapat imbalan).

Salah satu bentuk pengabdiannya pada Kraton Kasunanan Surakarta agar bisa turut serta melestarikan budaya Jawa yang ada di kraton Solo. Juga berpartisipasi dalam berbagai  upacara adat dan budaya kraton, sebelum pandemi, seperti sekaten, gerebek Mulud, gerebeg Besar, Gerebeg Syawal, ritual Mahesa Lawung, dan kirab malam 1 Syuro.

"Saya ingin rejeki yang sedikit namun ikhlas lahir batin. Semata-mata untuk mengabdi ke kraton agar bisa ngalap berkah (mendapatkan berkah) dari kraton.  Gusti Allah yang akan memberi balasan rejeki dari pintu yang lain," terang Sulardi.

Baca Juga: Warga Korban Erupsi Gunung Semeru Curhat Hewan Peliharaan Mati Saat Dikunjungi Presiden Jokowi

Bahkan menurut Sulardi, ada juga abdi dalem yang mendapatkan gaji dari kraton, namun uangnya tidak di belanjakan.

Hanya di simpan saja, karena di yakini uang tersebut membawa berkah. Berkahnya adalah adanya rasa tentram dalam batinnya yang di dapat dalam pengabdiannya meski secara materi sangat kecil sekali.

"Sangat di aji-aji (dihargai) karena itu Sinuhun yang memberikan. Sing penting madhep manteb ngawula (pasrah dan ikhlas mengabdi) pada  kraton,"  terangnya lebih lanjut.

Baca Juga: Sehari Semalam Tak Terlihat, Warga Matesih Karanganyar Ditemukan Meninggal Dunia Didalam Kamar

Abdi dalem juga beranggapan bahwa mereka mengadi pada kraton, bukan kepada personal (sihuhun saja). Semua itu dilakukan agar jejere kraton, adege kraton (keberadaan kraton) tetap lestari.

"Kita mengabdi pada kraton, bukan personalnya saja. Yang mana  kraton itu sebagai sumbernya budaya jawa," jelasnya lagi.

Abdi dalem hanya berharap, meski dalam internal kraton sedang bermasalah namun bagi abdi dalem apapun kegiatan kraton tetap berjalan seperti biasanya, sesuai dengan agendanya. Jangan sampai terhenti.

Baca Juga: Rekontruksi Kasus Jasad Bayi Dibuang, Polres Sukoharjo Kawal Tersangka Pelaku Peragakan 23 Adegan

Bagi abdi dalem, sebuah  kraton bukan hanya dianggap sebagai bangunan cagar budaya saja. Karena Kraton merupakan simbul orang jawa yang menjunjung tinggi budaya yang merupakan sumber dari sumber budaya yang adiluhung.

Masyarakat modern saat ini banyak yang melihat kraton hanya sebagai  bangunan cagar budaya yang harus dilestarikan.

"Namun jangan sekali-kali meremehkan itu. Boleh tidak percaya tapi jangan coba-coba dengan kraton. Kraton itu leluhurnya masih banyak," terangnya.

Baca Juga: Nikmatnya Bothok Bakar Telur Asin Buatan Jarwanti Klaten

Seharusnya masyarakat Solo bisa memiliki rasa "melu handarbeni, melu hangrungkebi dan mulat salira hangrasawani" yang artinya merasa ikut memilki, wajib membela, berani melihat diri sendiri agar keberadaanya tetap lestari. ***

Author : Bramantyo

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Excepturi doloribus unde molestias laborum delectus adipisci, eos repellat in debitis cum impedit numquam, architecto, facilis.