Memperingati Hari Disabilitas Internasional, BPBD Klaten dan Paguyuban Difabel Mandiri Desa Gatak Delanggu Lak

Memperingati Hari Disabilitas Internasional, BPBD Klaten dan Paguyuban Difabel Mandiri Desa Gatak o Gempa Bumi

by Kinan Riyanto

 

 

 

SUKOHARJOUPDATE - Berbagai cara dilakukan dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional (DHI) yang jatuh setiap tanggal 3 Desember. Di Klaten, Jawa Tengah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Paguyuban Difabel Mandiri Desa Gatak melakukan simulasi pengurangan resiko bencana.

Pelatihan dan simulasi berlangsung di Balaidesa Gatak, Kecamatan Delanggu, Klaten, Jumat 3 Desember 2021.

Hadir sebagai pemateri yaitu Nur Tjahyono Suharto Sekertaris BPBD Klaten. Pesertanya para difabel warga Desa Gatak dan perwakilan Kecamatan Delanggu sebanyak 25 orang.

Baca Juga: Enam Kelompok Nelayan Hilang Kontak di Natuna Saat Cuaca Ekstrem Menerpa

Nur Tjahyono memberikan materi kepada para peserta, akan arti pentingnya kewaspadaan terhadap bencana alam jenis apapun. Baik bencana banjir, tanah longsor, maupun gempa bumi.

Materi kali ini, lebih ditekankan pada menghadapi bencana alam gempa bumi. Disimulasikan, para peserta ada yang sedang berada di dalam rumah, di dalam rumah makan, di dalam kantor, dan lain sebagainya.

Tiba-tiba ada bencana gempa, yang ditandai dengan bunyi kentongan. Saat itulah, pemateri atau instruktur dari BPBD, menyarankan para peserta tidak panik. Pertama-tama yang harus dicari adalah tempat berlindung, agar tidak kena reruntuhan bangunan. Contoh paling aman adalah bersembunyi di bawah meja. Kepalanya ditutupi dengan barang yang aman. Panitia menyediakan sebuah tas ransel.

Baca Juga: Pamit Wakil Bupati, Tim Sepak Bola Junior Sukoharjo Siap Ikut Kompetisi Piala Soeratin 2021 U17

"Jangan buru-buru, kita berlindung di bawah meja dulu atau berlindung di sebuah tempat yang aman. Kepala kita tutupi dengan barang yang bisa melindungi," kata Nur Tjahyo memberi pengertian.

Begitu suasana agak reda, para peserta beramai-ramai keluar dari gedung dan mencari tempat yang lapang.

Para peserta ini para difabel campuran, ada yang tuna netra, tuna daksa, tuna mental, difabel intelektual, dan lain-lain.

Baca Juga: Mabes Polri Naikan Anggaran Polres Karanganyar Rp87 Miliar Lebih di 2022

Menurut Nur Tjahyono, simulasi ini sangat penting diberikan kepada para difabel. Karena menurut sebuah penelitian di lereng merapi, 63 persen kaum difabel lebih rentan kena resiko bencana dan 64 persen tidak menerima informasi kebencanaan.

"Saat ini sangat tepat untuk memberikan pelatihan dan simulasi kepada para komunitas difabel. Karena untuk tuna netra misalnya, tidak bisa mengevakuasi dirinya. Begitu pula tuna mental, mereka tidak pernah tahu kalau ada bencana. Jadi yang perlu kita beri pengertian adalah keluarganya, bagaimana cara menyelamatkan diri saat terjadi bencana," kata Nur Tjahyono.

Dirinya menambahkan, dalam rangka peringatan Hari Disabilitas Internasional ini, perlu aksi nyata untuk diberikan kepada kaum difabel. Bukan hanya sekedar diskusi atau sarasehan.

Baca Juga: Sinopsis Hotel Artemis Bioskop Trans TV Malam Ini, Kisah Rumah Sakit Ilegal Tempat Para Kriminal Berobat

"Kegiatan ini berlangsung dua hari, kemarin teori dan hari ini simulasinya berbasis Covid, para peserta tetap prokes saat mengikuti kegiatan ini," kata Nur Tjahyono.

Nur Tjahyono menjelaskan, saat ini BPBD ada unit layanan disabilitas penanggulangan bencana. Salah satunya, harus memberikan sosialisasi dan simulasi kebencanaan terhadap komunitas difabel atau sekolah luar biasa (SLB).

Feri Santosa, Ketua Panitia kegiatan ini mengaku senang mendapatkan materi pengurangan resiko bencana.

Baca Juga: Kuli Bangunan ini Beraksi Sebagai Begal Payudara, Kini Harus Mengakhirinya di Bui

"Di wilayah Gatak, Delanggu ini bencana banjir sangat minim. Yang kita khawatirkan adalah bencana gempa bumi. Tadi kita sudah menerima bekal pengetahuan dari instruktur bagaimana cara menyelamatkan diri dan mengevakuasi diri. Intinya tidak boleh buru-buru, harus mencari tempat berlindung yang aman dulu, baru keluar rumah," papar Feri.

Ketua Paguyuban Difabel Mandiri Desa Gatak, Fauziah Erfany, selama ini paguyuban difabelnya belum pernah menerima materi menghadapi bencana alam. Kali ini adalah kesempatan yang baik untuk menambah wawasan, sehingga langkah apa yang harus diambil saat menghadapi bencana, terutama bencana gempa bumi.

Dirinya berharap, kaum disabilitas yang masih bisa beraktifitas mandiri, dilibatkan dalam kerelawanan tingkat desa dalam pengurangan resiko bencana. Sehingga ada pemihakan.

Baca Juga: Ridwan Kamil Beri Anak Muda Hadiah Rp1 Juta Jika Berani Sebut Barisan Para Mantan

"Di antara kaum difabel ini, sebetulnya mampu bila dilibatkan dalam kerelawanan. Karena hanya kami yang tahu, bagaimana seharusnya mengevakuasi kaum difabel itu bila ada bencana. Dengan dilibatkannya kami, mungkin nanti bisa memberi masukan-masukan," kata Fauziah.

Simulasi pengurangan resiko bencana ini, dilakukan untuk membiasakan agar tidak kaget saat ada bencana. Diharapkan, desa-desa yang lain melakukan hal yang sama, karena saat ini musim hujan dan banyak bencana banjir serta tanah longsor.***

 

 

 

Author : Kinan Riyanto

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Excepturi doloribus unde molestias laborum delectus adipisci, eos repellat in debitis cum impedit numquam, architecto, facilis.