Polres Sukoharjo Gelar FGD, Eks Napiter Ungkap Cara Penanggulangan Ekstrimisme

Diundang dalam FGD yang diselenggarakan Polres Sukoharjo, Eks napiter Roki Aprisdianto menyampaikan pemikirannya terkait toleransi

by Nanang Sapto Nugroho

SUKOHARJOUPDATE- Roki Aprisdianto (33) eks napiter, menyampaikan pendapatnya terkait toleransi untuk penanggulangan dan pencegahan ekstrimisme ditengah masyarakat.

Pria yang pernah menghebohkan dengan aksinya melarikan diri dari tahanan ini, mengatakan hal itu dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan Polres Sukoharjo, Kamis 25 November 2021.

Roki yang kini telah bebas murni, bersama teman-temannya sesama eks napiter banyak melakukan kegiatan pencegahan dan penanggulangan faham radikal yang mengancam toleransi.

Baca Juga: Sinopsis Beyond Skyline Tayang Malam Ini, Aksi Iko Uwais dan Yayan Ruhian Menumpas Alien

"Ada tiga poin yang menyumbat dalam mewujudkan toleransi. Tiga sumbatan tersebut adalah sumbatan sesama agama, sumbatan antar agama, dan sumbatan berbangsa dan bernegara," sebutnya.

Menurutnya, apabila ingin mewujudkan toleransi dan mencegah terjadinya terorisme, maka semua pihak harus menyelesaikan sumbatan-sumbatan tersebut.

"Yaitu menyelesaikan sumbatan sesama agama, sumbatan antar agama, dan sumbatan berbangsa dan bernegara,” paparnya.

Baca Juga: Gelar Sidang Terbuka Doktor Ilmu Hukum, UMS Promosikan Rio Saputra Angkat Tema Profesionalisme Advokat

Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan menyampaikan, FGD merupakan kegiatan yang diinisiasi Satbinmas Polres Sukoharjo dengan tujuan untuk mendapatkan masukan ataupun saran dari tokoh masyarakat, ormas, maupun lembaga.

“Harapannya nanti saran dari bapak ibu sekalian dapat ditindak lanjuti oleh Pemkab Sukoharjo,” kata Kapolres kepada peserta FGD yang terdiri perwakilan Kodim, Kemenag, MUI, FKUB, NU, Muhammadiyah, dan ormas keagamaan lainnya.

Sesuai tema FGD, Pencegahan dan Penanggulangan Ekstrimisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme, Kapolres menyatakan bahwa terorisme tidak ada kaitannya dengan agama.

Baca Juga: Upaya Bangkit di Era Pandemi, Sektor Pertanian di Sukoharjo Terus Cari Terobosan

"Maka jangan dihubung-hubungkan dengan agama. Radikalisme terjadi karena beberapa faktor antara lain ekonomi, pendidikan dan pergaulan," terang Kapolres.

Disebutkan, terorisme gaya baru bisa dipelajari lewat gawai atau media internet karena internet bisa diakses setiap orang. Oleh karenanya dalam mengakses media sosial tersebut harus sangat hati - hati.

“Kita juga harus mewaspadai dan menjaga generasi penerus bangsa ini dari paham-paham radikalisme," tegas Kapolres.

Baca Juga: Bau Busuk Limbah PT RUM Tak Kunjung Reda, Warga Kirim Surat Minta Bupati Sukoharjo Tegas

Diungkapkan, perekrutan kelompok radikal atau terorisme dimulai dari para siswa SMA atau yang sederajat. Mereka mulai masuk kepada anak-anak muda yang masih labil.

"Adapun upaya-upaya dalam pencegahan terorisme, yaitu dengan meminimalisir kesenjangan sosial dan perbaikan tingkat ekonomi, pemahaman ilmu dengan baik dan benar," ucapnya.

Kapolres menegaskan, ilmu adalah faktor utama dari segala aspek kehidupan. Ilmu diperlukan sebagai pondasi untuk membentengi seseorang dari pengaruh radikalisme yang berkembang dan menyebar dari berbagai sisi.***

 

Author : Nanang Sapto Nugroho

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Excepturi doloribus unde molestias laborum delectus adipisci, eos repellat in debitis cum impedit numquam, architecto, facilis.