SUKOHARJOUPDATE - Sekarang baru ngetren budidaya maggot atau larva lalat. Kegunaan magot banyak sekali, terutama untuk pakan unggas, pakan ikan dan yang pasti menjadi pengurai sampah.
Berangkat dari rasa keprihatinan banyaknya sampah di lingkungannya, pasangan suami istri (pasutri) warga Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Eddy Nugroho (48 tahun) - Ponirah (46 tahun) terjun langsung membudidayakan magot.
Setiap hari Senin dan Kamis, Eddy berkeliling mengambil sampah-sampah milik warga Desa Gempol. Sesampai di Omah Limbah, sampah-sampah itu dipilih dan dipilah. Yang organik untuk maggot, yang non organik disisihkan.
Baca Juga: Gerah Dituding Rangkap Jabatan, Gibran Blak-blakan Jelaskan Posisinya di PT Wadah Masa Depan
Tanpa rasa sungkan, Ponirah dan Nur, mengolah sampah-sampah tersebut menjadi bubur. Ini berfungsi untuk pakan magot.
"Awalnya ya risih juga saat pertama kali memilah dan mengolah sampah ini, tapi lama-lama tidak, sudah biasa," kata Ponirah.
Selain mengambil sampah rumah tangga dan beberapa warung makan, Eddy juga mengambil sampah buah-buahan yang busuk di pasar. Sebelum digiling, buah-buahan itu dicacah dulu, agar saat memasukkan ke gilingan lebih mudah.
Baca Juga: Awali Kegiatan Tatap Muka, Gladian Pemimpin Regu Kwarcab Sukoharjo Diminta Patuhi Prokes
Dalam budidaya maggot ini, Eddy mengaku membentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Omah Limbah yang bertag-line ngruwat, ngrawat jagad yang artinya mengelola sekaligus merawat dunia. LSM Omah Limbah ini dikelola oleh 6 orang, namun yang aktif terjun langsung 4 orang.
Omah Limbah yang mulai beroperasional bulan Maret 2021 ini menempati lahan seluas 12x19 meter. Lokasinya di belakang kantor Desa Gempol. Di dalamnya ada puluhan rak besar dan kecil, di depan ada 2 rumah lalat atau biopon dan peralatan penunjang lainnya.
"Ini rumah lalatnya, yang harus kena sinar matahari langsung, sehingga penempatannya harus di luar," jelas Fikri, seorang mahasiswa di desa tersebut yang ikut mengelola.
Baca Juga: Wahid Foundation Jajaki Kerjasama Penguatan Perlindungan Perempuan di Desa, Salah Satunya di Klaten
Dari hasil kerja keras mereka yang tidak mengenal risih atau jijik, per hari sudah bisa menghasilkan 50 kilogram magot basah. Di sini juga menyediakan magot kering dengan cara dioven dulu.
"Magot basah per kilogramnya harga Rp5000 - Rp7000. Untuk maggot kering Rp50.000 - Rp70.000," jelas Eddy.
Kegunaannya sama saja, kalau magot basah untuk pakan unggas dan berbagai macam ikan konsumsi. Sedang maggot kering untuk pakan ikan hias atau penghobis.
Baca Juga: Operasi Zebra Candi 2021, Polisi Bagikan Sembako dan Masker ke Sopir Angkot
Untuk maggot kering, Omah Limbah mengemasnya dalam bentuk menarik, seperti mengemas snack.
Permintaan maggot luar biasa banyak dari berbagai kota. Omah Limbah sudah menjualnya hingga ke Kalimantan dan Sumatera.
Eddy berorientasi, menjual magot ke negara Eropa, Inggris, Belanda, dan lain-lain.
"Saat ini magot yang dihasilkan Omah Limbah baru 50 kilogram per hari. Kami mendorong kepada warga lain, untuk membudidayakan maggot sendiri dalam skala kecil agar masalah sampah bisa teratasi. Selain itu juga bisa menghasilkan uang," harap Eddy.
Eddy yang berlatar belakang sebagai manager marketing sebuah jaringan perusahaan fashion di Klaten yang berskala Jawa Tengah, memutuskan berhenti dan menekuni dunia maggot.
Dunianya berbanding terbalik. Dunia fashion identik dengan bau wangi dan tempat yang bersih, sedang magot identik dengan sampah berbau. Namun Eddy dan istrinya tak menghiraukan masalah tersebut.
Baca Juga: UMS Teken MoU dengan Polres Sukoharjo, Sekaligus Rilis Hasil Survei Tingkat Kepuasan Masyarakat
Awal-awal terjun menangani sampah, ujiannya memang berat.
"Tapi saya tak ada jalan lain, selain jalannya harus maju," tambah Ponirah menirukan ucapan suaminya, saat awal-awal memberikan semangat.
Eddy juga tak ingin hanya sebatas teori saja. Ia bertekad akan membuktikan terlebih dahulu, bahwa mengelola sampah bisa menghasilkan uang dan membuat lingkungan menjadi bersih, masalah sampah bisa terurai.
Baca Juga: Ketua Umum PBN Rasa Wening Sukoharjo Prihatin, Budaya Nusantara Identitas Bangsa Mulai Luntur
Karena sudah terbukti membuat lingkungan dalam menangani sampah, Omah Limbah mewakili Klaten untuk maju lomba ke Tingkat Jawa Tengah bahkan Nasional.***
Masalah Sampah Terurai, Pasutri di Klaten ini Raih Cuan dari Budidaya Maggot yang sekarang sedang ngetren kare
by Kinan Riyanto