Jamur Krispi Olahan Ibu-ibu Padangan Glodogan Klaten, Rasanya Maknyus!

Jamur Krispi Olahan Ibu-ibu Padangan Glodogan Klaten, Rasanya Maknyus! Per bungkus dijual dengan harga Rp20.0

by Kinan Riyanto

 


SUKOHARJOUPDATE - Sebelum ada olahan jamur krispi di desa ini, hanya ada petani jamur saja yang berjumlah kurang lebih 20 orang. Setiap pagi, para petani jarum tiram itu memetik hasil panennya. Senang tentu saja senang karena panen setiap pagi. Namun saat menjual, petani kebingungan. Selain tidak ada pelanggan tetap yang membeli hasil panennya, harganya juga rendah. Tidak sesuai dengan modal yang telah mereka keluarkan.

Berawal dari keprihatinan itulah, akhirnya seorang warga yang bernama Winarni (39 tahun)mengambil inisiatip, bagaimana kalau dibentuk kelompok untuk mengolah jamur saja. Usulan Winarni warga Dukuh Padangan, Desa Glodogan, Klaten Selatan, Klaten, Jawa Tengah tersebut disambut gembira oleh ibu-ibu yang lain.

Akhirnya terbentuklah kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Cempaka yang didukung penuh oleh Tim Penggerak PKK Desa Glodogan. Yang ikut mengolah usaha ini ada 10 orang, yang semula juga ikut mengelola konveksi.

Baca Juga: Bertolak ke Roma, Presiden Jokowi Akan Hadiri KTT G20

Sebelum terjun ke olahan jamur, latar belakang Winarni adalah pengusaha konveksi. Namun saat pandemi, justru olahan jamur krispilah yang banyak peminatnya, akhirnya ia dan kawan-kawan serius mengelola usaha ini.

Sebelum pandemi, yaitu Desember tahun 2018, usaha jamur krispi ini sudah dirintis namun belum begitu menjadi tujuan utama. Karena Winarni dan para tetangganya masih mengandalkan penghasilan dari konveksi. Saat pandemi, konveksi terdampak dan justru olahan makanan dari jamur tiram ini banyak yang mencari.

"Akhirnya usaha ini kami seriusi sampai sekarang, hasilnya lumayan sampai kekurangan bahan baku," jelas Winarni saat ditemui di rumahnya, baru-baru ini.

Baca Juga: Jelang Pelaksanaan PKL, SMK Kesehatan Citra Medika Sukoharjo Gelar Test Swab Massal

Dari bahan baku jamur tiram, Winarni membuat menjadi beberapa olahan jamur tiram yaitu krispi 3 varian (rasa balado, original, dan rasa pedas), rambak jamur tiram, pepes jamur, bahkan ia menjualnya dalam bentuk jamur segar.

"Yang paling diminati pembeli adalah jamur tiram krispi aneka rasa," jelas Winarni yang menjadi pemimpin dalam mengelola usaha ini.

Selain mengolah jamur krispi, kelompok UMKM ini juga membuat rempeyek kacang tanah, rempeyek teri, rambak, lele krispi, dan lain-lain. Totalnya ada 11 produk yang mereka buat.

Baca Juga: Begini Cara Membuat Singkong Keju Meletus yang Krispi

"Di sini kan tempat 'jujugan' warga untuk membeli oleh-oleh jamur krispi. Banyak yang bertanya, ada camilan apalagi? Dari situlah kami akhirnya mengembangkan produksi menjadi banyak olahan, agar pembeli puas memilih," ucap Winarni.

Dalam memasarkan hasil olahannya, Winarni mengaku tidak mengalami kesulitan. Selain dijual secara langsung, juga disetorkan ke 50 outlet di toko-toko oleh-oleh dan minimarket se Klaten. Mereka juga melayani pembelian secara online.

Selain kota-kota dalam negri seperti Solo, Yogyakarta, Jakarta, Bali, dan lain-lain, hasil olahan ini juga diminati pembeli dari Malaysia dan Taiwan.

Baca Juga: Cerita Bahagia, Pasangan Pengantin Baru ini Raih Top Skor SKD CASN Kemenag 2021 Tilok DIY

Per kemasan, olahan camilan ini dipatok harga dari Rp10.000 sampai Rp25.000 per bungkus seberat 250 gram. Omzet per bulan bila sedang ramai, bisa mencapai Rp20 juta. Untuk hari-hari biasa sekitar Rp15 juta.

Kelompok usaha ini bisa mengolah 30 kilogram jamur tiram setiap harinya. Bahan baku dipasok para petani di sekitar kampung ini. Bahkan, bila permintaan pembeli tinggi, bahan baku kurang, pihaknya membeli dari luar desa.

Kepala Desa Glodogan, Zaenal Arifin menyambut baik usaha ekonomi kreatif para ibu-ibu ini. Meski di tengah pandemi, para emak-emak masih tetap eksis bisa menghasilkan uang sendiri dari rumah.

Baca Juga: Respon Gibran Rakabuming Raka Menguatnya Desakan Pembubaran Menwa yang Disuarakan Mahasiswa UNS dan UMS

"Dulu awalnya usaha konveksi, kini berubah menjadi olahan jamur tiram yang justru laris manis. Sebagai Kepala Desa saya senang dan terus mendorong usaha ini. Bila ada kendala yang mereka temui, akan kami bantu semampu pihak desa," ucap Zaenal yang masih bersaudara dengan Thukul Arwana ini.

Kades berharap, tidak hanya usaha krispi jamur ini saja yang maju dikenal sampai luar daerah bahkan luar negeri, namun pihaknya juga mendorong usaha-usaha lain yang tersebar di Desa Glodogan. Dengan dukungan banyak pihak, semoga UMKM di desa-desa semakin berkembang.***

 

Author : Kinan Riyanto

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Excepturi doloribus unde molestias laborum delectus adipisci, eos repellat in debitis cum impedit numquam, architecto, facilis.