Di Solo Siswa SD Banyak yang Terpapar Covid, di Klaten Bocah SD Membuat Automatic Ozone Machine

Di Solo Siswa SD Banyak yang Terpapar Covid, di Klaten Siswa SD Membuat Automatic Ozone Machine tma faturohman

by Kinan Riyanto


 

SUKOHARJOUPDATE - Banyaknya siswa Sekolah Dasar di Solo yang terpapar Covid saat pembelajaran tatap muka (PTM), di Klaten siswa SD justru mampu membuat automatic ozone machine. Fungsi alat ini untuk membersihkan ruangan dari virus dan bakteri.

Dua siswa SD tersebut adalah Muhammad Eko Pujiyanto dan Adiyatma Faturohman siswa kelas 5 SDN 2 Butuhan, Delanggu, Klaten, Jawa Tengah.

Ditemui di sekolahnya, Adiyatma dan Eko mengaku ide awalnya bagaimana cara membersihkan ruangan kelas agar bisa terbebas dari virus dan bakteri.

Baca Juga: Kena Teror Pinjol Ilegal, Segera Lapor Polisi, Begini Caranya

Dengan ruang kelas yang steril, para siswa dan guru bisa sekolah tatap muka lagi tanpa was-was kena virus Covid.

Dari kegelisahan tersebut, Muhammad Eko Pujiyanto dan Adiyatma Faturohman kemudian berembug untuk menciptakan alat yang tepat guna untuk membersihkan ruangan. Keduanya juga minta pendapat para guru dan mentor di LKP Autobot School Klaten.

Karena selama ini, keduanya sebagai siswa di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Autobot School Klaten.

Baca Juga: Gerindra Karanganyar Tak Mau Latah Ikuti Jejak Partai Golkar Umumkan Calon Bupati

Masukan dari para mentor dan guru, akhirnya terciptalah automatic ozone machine tersebut. Pembuatan alat tersebut membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan. Dana yang dibutuhkan sekira Rp750.000 per unit.

''Ide awalnya itu, kami berpikir ruangan kelas harus dibersihkan agar virus dan bakteri tidak ada. Dengan ruang kelas yang bersih, belajar menjadi tenang, karena kami sudah rindu sekolah tatap muka seperti ini terus,'' kata Adiyatma yang disetujui Eko.

Menurut penjelasan Agur Yake Mulia, mentor sekaligus Direktur LKP Autoboot School Klaten, automatic ozone machine bahan bakunya ada 3 komponen yaitu ozone generator untuk menghasilkan O3 yang dapat berfungsi membunuh bakteri dan virus dengan tingkat keakuratan mencapai 90 persen, lalu kipas untuk blower berguna menyebarkan O3 di dalam ruangan, serta timer sebagai pengatur waktu. Juga ditambah alat pengaman guna mencegah terjadinya korsleting dan boks untuk mewadahi semua komponen tersebut.

Baca Juga: Gibran Rakabuming Raka Dorong ISSI Mampu Lahirkan Atlet Sepeda Berpestasi

Bila alat automatic ozone machine dinyalakan dalam sebuah ruangan, tidak boleh dihirup oleh manusia karena dapat merusak paru-paru.

Kandungan O3 yang dihasilkan dari automatic ozone machine berfungsi untuk mensterilkan ruangan, beberapa jam sebelum ruangan itu digunakan.

Di kelas, biasanya ruangan dikosongkan selama 15 menit setelah alat tersebut bekerja. Semua pintu dan jendela dibuka lebar-lebar sebelum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.

Baca Juga: Keren, Jadi Menteri Agama Sehari, Afi Ahmad Ridlo Terima Kunjungan Rektor IAIN Pontianak

“Tingkat keakuratannya bisa mencapai 90 persen. Karena O3 tidak boleh dihirup manusia, maka alat dilengkapi timer, sehingga bisa kita atur sesuai kebutuhan,'' kata Agur Yake Mulia, Direktur LKP Autoboot School Klaten.

Agur menambahkan, di SDN 2 Butuhan, alat ini mulai dinyalakan sebelum pembelajaran yaitu sekitar jam 05.30 WIB.

Begitu ruang kelas akan dipakai untuk kegiatan belajar mengajar pukul 07.30 WIB, ruangan sudah dalam kondisi steril.

Baca Juga: Pengabdian 33 Tahun TNI Polri Akabri 89 Gelar Khitan Massal, Vaksin Juga Bansos

Sebetulnya alat ini sudah banyak dijual di pasaran. Harganya lebih mahal yaitu Rp1 juta sampai Rp11 juta.

Kepala Sekolah SDN 2 Butuhan, Suwarto, sangat mengapresiasi alat yang diciptakan anak didiknya tersebut. Hal itu membuktikan, bahwa di tengah pandemi Covid, kreatifitas seseorang bisa muncul dan berguna bagi sekitarnya.

Bila ada dana, pihak sekolah akan membuat banyak alat tersebut, dan akan dipasang di tiap-tiap kelas agar semuanya steril.

Baca Juga: Hindari Kasus KDRT, BKKBN dan Omah Sambung Sosialisasi Penguatan Pendataan Keluarga di Sukoharjo

“Semoga, kreatifitas dua anak ini bisa menular ke siswa lain, bisa menciptakan alat yang berguna bagi lingkungan sekitar,'' kata Suwarto.

Untuk menghindari kerumunan saat PTM, pihak sekolah baru melakukan simulasi PTM. Setiap hari, hanya belasan siswa yang masuk secara bergantian. Jumlahnya secara total ada 130 siswa dan 13 guru.

Kepala Desa Butuhan, Jonet Prabowo, mengacungi jempol dengan ciptaan anak SD tersebut.

Baca Juga: Total Ada 7 Sekolah yang Ditutup Pemkot Solo, Gibran Minta Sekolah Tak Terpapar PTM Jalan Terus

''Masih kecil tapi sudah bisa membuat alat yang berguna di tengah pandemi ini, saya senang. Semoga prestasi ini bisa ditularkan ke adik-adik kelasnya,'' kata Kades Jonet.

Jonet menambahkan, pihak pemerintah desa akan memesan alat tersebut untuk dipasang di ruangan balaidesa.***

Author : Kinan Riyanto

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Excepturi doloribus unde molestias laborum delectus adipisci, eos repellat in debitis cum impedit numquam, architecto, facilis.