SUKOHARJOUPDATE - Jejak peninggalan pra sejarah yang ada di lereng Lawu kembali berhasil ditemukan.
Selain candi Sukuh, Cetho dan Planggatan, satu lagi candi yang diperkirakan usianya jauh lebih tua dari Gunung Padang ditemukan tertutup rimbunan pepohonan.
Tak hanya satu saja bangunan candi yang ditemukan. Tapi masih ada beberapa lagi bangunan yang letak petilasannya ada diatas bukit Paralayang desa Segoro Gunung, Ngargoyoso, Karanganyar. Dikatakan kuno karena tumpukan batu tersebut minim ukiran.
Baca Juga: Tradisi Dukutan Cerminan Kisah Percintaan Masa Lalu Airlangga di Lereng Gunung Lawu
Hanya berupa batu berberntuk kotak yang di susun seperti punden berundak. Ukurannya juga diperkirakan lebih luas dan juga besar. Konon, candi misterius tersebut berdiri kokoh dan saat ini berselimut tanah.
Joko Sunarto yang akrab di panggil Pak Polet,penemu bangunan candi itu mengatakan jika di ukur luas candi kuno yang ditemukan, sekitar 200 meter persegi.
Bentuk candi jika ditelusur terdiri dari sembilan tingkat (trap). Dan di tiap trap terdapat patirtan (tempat cuci kaki dan tangan sebelum masuk ke candi).
Belum diketahui bangunan tersebut digunakan untuk apa. Apakah itu candi atau untuk lokasi untuk pemujaan.
"Belum diketahui tempat apa ini. Apakah candi atau tempat pemujaan. Untuk lebih jelasnya biar pihak cagar budaya yang menerangkannya. Karena itu kewenangan dari Cagar Budaya," ungkap Polet saat ditemui di kediamannya, Ngargoyoso,. Karanganyar, Minggu 17 Oktober 2021.
Dirinya juga menjelaskan pihaknya secara lisan sudah melaporkan kepada pihak yang berwenang.
Bahkan pihaknya juga sudah melapor kepada Perhutani sebagai pemilik lahan. Namun belum ada respon lanjutan.
Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Candi Ciblek. Karena dahulu saat di temukan pertama kali ada patung arca batu berbentuk perempuan.
Namun pembuatannya masih kasar. Berbeda dengan relief atau patunh di dua candi sebelumnya Sukuh dan Cetho. Namun sayang arca batu tersebut kini hilang.
Baca Juga: Menelusuri Jejak Masuknya Islam di Lereng Gunung Lawu 2 Abad Silam (1)
Polet juga menjelaskan sebenarnya situs kuno ini ditemukan pertama kali pada tahun 1985.
Saat ditemukan pertama kali kondisinya masih tertutup semak belukar. Jalan menuju lokasi masih berupa jalan setapak yang berupa tanah dan bebatuan.
"Sebenarnya candi tersebut ditemukan pertama kali tahu 1985, dan kondisi ditemukan masih banyak patung berupa arca. Namun lambat laun, patung arca tersebut hilang tak berbekas," jelasnya.
Baca Juga: Tafsir Qur'an Kuno di Karanganyar, Jejak Masuknya Islam di Lereng Gunung Lawu (2)
Lokasi penemuan candi kuno, ungkap Polet, hingga saat ini masih sangat minim fasilitas. Baik sarana dan prasarana.
Karena lokasi ini memang belum di buka untuk umum. Meski begitu pemandangan menuju lokasi candi masih sangat asri.
Berada di kawasan desa Segoro Gunung Ngargoyoso, Karanganyar. Perjalanan menuju lokasi penemuan candi ini melewati perkebunan teh dan dengan jalan tanjakan yang cukup terjal dengan menggunakan sepeda motor atau mobil.
Baca Juga: Bupati Karanganyar Meradang Pendaki Nekat Naik Tugu Puncak Gunung Lawu: Cari Sampai Ketemu
Perjuangan menuju lokasi masih berlanjut. Titik terakhir pemberhentian mobil hanya sampai di lokasi Paralayang Ngargoyoso.
Namun bagi pengguna sepeda motor masih bisa meneruskan perjalanan lagi sejauh kurang lebih satu kilometer. Namun harus ekstra hati-hati karena kondisi jalan yang licin.
Setelah itu perjalanan harus dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 2 kilometer untuk menuju pintu gerbang candi Kuno tersebut.
Baca Juga: Bertemu Bupati Karanganyar, Pemuda Viral Naik ke Atas Tugu Puncak Gunung Lawu Dihukum Menanam Pohon
Banyaknya pepohonan dan ilalang berduri salah satu rintangan yang harus dihadapi.
Sampai di lokasi yang terlihat pertama kali adalah tumpukan batu yang menyerupai pintu gerbang. Bentuk candi berupa reruntuhan babatuan yang bertebaran di beberapa titik.
Menurut Polet, jika di ukur luas candi kuno yang ditemukan sekitar 200 meter persegi.
Bentuk candi jika ditelusur terdiri dari sembilan tingkat (trap). Dan di tiap trap terdapat patirtan.
Belum diketahui bangunan tersebut digunakan untuk apa. Apakah itu candi atau untuk lokasi untuk pemujaan.
"Belum diketahui tempat apa ini. Apakah candi atau tempat pemujaan. Untuk lebih jelasnya biar pihak cagar budaya yang menerangkannya. Karena itu kewenangan dari Cagar Budaya," lanjutnya.
Baca Juga: Gandeng Pasar Modal, OJK Gelar Vaksinasi Massal dan Bantuan Sosial di Karanganyar
Selain candi Ciblek, di Segoro Gunung, ada juga temuan situs baru yang dinamakan Cemara Pogog.
Masih diperlukan lagi penelitian lebih lanjut oleh tim ahli terkait usia candi purba tersebut.
"Dengan temuan situs baru tersebut menunjukkan dan menguatkan fakta sejarah adanya peradaban purba di atas puncak Lawu," tegas Polet.
Baca Juga: Puting Beliung Terjang Madiun, Empat Rumah Warga Porak-Poranda Diterjang
Polet juga sampaikan, masih banyak situs lain yang masih tersembunyi diperut gunung Lawu. Dirinya hanya membuka beberapa saja.
Hanya bagian awal (dasar) yang dibuka. Contohnya adanya batu yang menyerupai altar dan tangga berundak dari bebatuan andesit ada di dalam tanah.
Menurut kepercayaan warga setempat, Situs Cemoro Pogog diyakini sebagai gerbang ghaib pendakian ke puncak Gunung Lawu. Dan didekat lokasi juga ditemukan sumber mata air yang sangat jernih.
Baca Juga: Satpam BCA jadi Trending Topik, Dipicu Cuitan Netizen Berkeluh Soal Polisi
“Selain Situs Cemoro Pogog, di temukan juga sumber mata air yang sangat jernih dan dinamakan sendang Raja," pungkasnya.***
Bentuk candi jika ditelusur terdiri dari sembilan tingkat (trap). Dan di tiap trap terdapat patirtan diperlukan lagi penelitian lebih lanjut
by Dita Arnanta