SUKOHARJOUPDATE - Mencegah stunting pada anak, tidak harus menggunakan makanan yang mahal. Cukup memanfaatkan makanan lokal yang tumbuh di sekitar kita.
Bila perlu, di pekarangan rumah ditanami aneka sayur dan umbi-umbian untuk menambah gizi keluarga. Dengan aneka sayuran yang memetik sendiri, kandungan gizinya masih tinggi dan hemat uang belanja.
Demikian dijelaskan Rahmad Handoyo, anggota DPRRI Komisi IX saat menjadi narasumber dalam kegiatan "Sosialisasi Penguatan Pendataan Keluarga dan Kelompok Sasaran Bangga Kencana bersama Mitra" di Desa Belimbing, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, Senin 4 Oktober 2021.
Baca Juga: Rambah Tempat Kuliner Malam, Polres Sukoharjo Buka Gerai Vaksinasi
Sebagai mitra kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), komisi nya terus mengawal pencegahan stunting pada anak.
Pengertian stunting sendiri adalah anak yang gagal tubuh atau gizi buruk.
''Anak yang stunting atau gagal tumbuh biasanya kerdil, cebol, atau pendek. Namun anak cebol belum tentu stunting,'' jelas Rahmad.
Baca Juga: Peserta KB Pria di Sukoharjo Masih Minim
Agar anak tidak stunting, asupan gizinya harus benar-benar diperhatikan. Sejak dalam kandungan sampai anak usia balita, harus dijaga betul gizinya.
''Dalam seribu hari kehidupan pertama (HKP), yaitu sejak dalam kandungan awal sampai usia balita, harus dijaga betul asupan gizinya,'' Rahmad mengingatkan.
Stunting disebabkan tidak hanya kekurangan gizi karena orangtuanya tidak mempunyai uang, tetapi juga disebabkan karena cara mengolah makanan yang salah atau perilakunya.
Baca Juga: Nasabah KSP Sejahtera Bersama Klaten Utara Kesulitan Mencairkan Tabungannya
Misalnya, merebus daging hingga berjam-jam, menghangatkan sayuran sampai berhari-hari, atau memasak bayam yang dihangatkan lagi.
''Kalau perilakunya seperti itu, mana ada gizinya? Maka sebaiknya mari perilaku kita diubah agar makanan yang kita atau anak-anak kita makan, gizinya masih ada,'' kata Rahmad.
Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, Widwiyono menambahkan, semua yang dijelaskan oleh Rahmad Handoyo adalah benar.
Baca Juga: Pangdam IV/Diponegoro : Serbuan Vaksin TNI Polri Lancar
''Angka stunting secara nasional masih tinggi yaitu sekitar 27 persen. Pak Jokowi menginstruksikan agar di tahun 2024 angka stunting pada anak turun menjadi 14 persen. Ini butuh kerja keras kita semua,'' kata Widwiyono.
Pria yang berprofesi sebagai dokter gigi itu melanjutkan, bila ada anak yang kekurangan gizi atau ibu hamil, pemerintah akan turun tangan memberi bantuan.
Apalagi saat pandemi seperti ini, banyak sektor ekonomi yang terdampak. Pihaknya berpesan, meski saat ini sedang lesu perekonomian masyarakat, jangan sampai ada anak yang mengalami gizi buruk.
Baca Juga: Keren Habis! Nikmati Wisata Solo Pakai Mobil Listrik Berdisain ala Kolonial
Dokter RR Ratih Dewantisari, selaku Sub Koordinator Advokasi dan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) BKKBN Jateng menambahkan, perbaikan dan kesadaran pemenuhan gizi yang seimbang memang harus dimulai dari sekarang pada anak-anak.
Hal ini dilakukan untuk menyambut adanya bonus demografi di Indonesia. Dimana usia produktif lebih banyak bila dibandingkan usia non produktif.
''Harus dipersiapkan dari sekarang untuk menyambut bonus demografi atau tahun emas seratus tahun Indonesia,'' pungkas Ratih.***
Rahmad Handoyo, anggota DPRRI Komisi IX saat menjadi narasumber dalam kegiatan memberi penjelaasan pentingnya
by Kinan Riyanto