SUKOHARJOUPDATE - Namanya Mie Mocaf Kaya Beta-Karoten Hend's. Mie ini bahan bakunya dari singkong yang diolah Hendrati Kristyaningsih (55 tahun) warga Bumi Singkil Permai RT 1, RW 13, Desa Karanggeneng, Boyolali Kota.
Hendrati sudah memproduksi olahan dari singkong sejak beberapa tahun silam. Namun baru serius dijadikan usaha pokok, sejak tahun 2015 yang lalu.
Beberapa olahan dari singkong yang sudah diproduksi Hendrati yaitu mie mocaf, tepung panir, tepung mocaf, rengginan singkong, emping singkong, tape, dan tiwul.
Baca Juga: Kasus Covid di Papua Masih Tinggi, Puan Maharani Himbau Penyelenggara PON Lebih Waspada
Makanan olahan dari singkong ini, menurut Hendrati, sangat cocok dikonsumsi anak berkebutuhan khusus seperti autis atau orang yang alergi gluten.
''Olahan kami bebas gluten, sangat cocok untuk anak berkebutuhan khusus seperti autis atau orang-orang yang alergi dengan gluten,'' kata Hendrati di rumahnya, yang sekaligus menjadi rumah produksi.
Dalam mengolah singkong ini, Hendrati dan kawan-kawan, dibawah binaan langsung dari Pusat Penelitian Biotehnologi LIPI dan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian.
Baca Juga: Dibagi 3 Sesi, 527 Peserta KKN Non FKIP Periode I UVBN Sukoharjo Jalani Monev Daring
Hendrati mengaku serius mengolah singkong, karena produk lokal ini sangat baik untuk kesehatan tubuh, kaya serat, banyak vitamin yang dibutuhkan tubuh dan bisa untuk mengatasi stunting yang saat ini masih tinggi di Indonesia.
''Saya ingin mengangkat nilai singkong yang semula harganya hanya Rp500. Kasihan petaninya, setiap panen tiba, harganya murah sekali. Berbekal dengan melimpahnya bahan baku singkong, saya bertekad untuk mengembangkan olahan pangan ini,'' kata Hendrati.
Sebelum pandemi, dirinya bisa menghabiskan 10 kuintal singkong dalam sebulan. Kini tinggal separonya saja.
Singkong ia ambil dari petani di Desa Karangnongko dan Desa Singosari, Kecamatan Mojosongo, Boyolali dengan harga layak.
Harga olahan singkong dari Hendrati ini, cukup terjangkau. Di kisaran Rp15.000 untuk tape seberat 500 gram, mie tiga varian rasa brokoli, rasa wortel, dan mie original seberat 130 gram di kisaran Rp17.000, tepung panir seberat 50 gram seharga Rp15.000.
''Bahan olahan singkong ini tidak memakai tepung gandum sama sekali. Namun ada yang memakai minyak goreng sedikit untuk mendapatkan lemak. Juga ada yang memakai telur. Sesuai pesanan pembeli, kadang ada yang tidak ingin menggunakan telur,'' jelas wanita pensiunan dini ASN ini.
Baca Juga: Kemenhub dan Jasa Raharja Terjun Langsung Percepat Vaksinasi di Ngemplak Boyolali
Sebelum pandemi, Hendrati menjelaskan, dirinya mempunyai 6 orang karyawan. Ia bisa menjual secara online dan offline. Beberapa cafe di Salatiga, Ungaran, Semarang, Solo, dan Yogya, sudah menjadi langganan tetapnya untuk produk mie mocaf.
Namun saat pandemi ini, semua terdampak. Meski begitu, Hendrati yang tak bisa berhenti dari beraktifitas ini tetap eksis berproduksi meski tidak sebanyak dulu. Karyawannyapun tinggal 3 orang saat ini.
Dalam membuat mie mocaf, dibutuhkan beberapa proses. Awalnya bahan singkong diolah menjadi tepung mocaf dengan fermentasi 15 jam, lalu dikeringkan dengan sinar matahari. Namun Hendrati menggunakan rumah pemanas yang sudah tersedia di rumahnya.
Setelah kering lalu digiling menjadi tepung mocaf, dicampur tepung meizena, ada yang memakai telur, minyak goreng, dan pewarna alami dari brokoli, dari wortel atau original. Begitu usai dibuat adonan, dibuat lempengan tipis-tipis, diiris dengan alat, lalu dikukus, dijemur, siap dikemas lalu dipasarkan.
Dalam mengolah mie mocaf, pembeli tidak perlu khawatir dalam mengolah. Di kemasan sudah ada step by step cara menyajikan mie mocaf bebas gluten ini.***
Namanya Mie Mocaf Kaya Beta-Karoten Hend's. Mie ini bahan bakunya dari singkong yang diolah Hendrati Kristyan
by Kinan Riyanto