SUKOHARJOUPDATE - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jawa Tengah saat ini tengah konsentrasi menurunkan angka stunting.
Berbagai program sudah dibentuk untuk menekan angka stunting ini. Program terbaru BKKBN saat ini adalah Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat).
Untuk mewujudkan berbagai program tersebut, BKKBN Perwakilan Jateng menggandeng pihak swasta atau pihak dinas milik pemerintah untuk bersama-sama mengentaskan stunting.
Hal ini dijelaskan Herlina Is Ambarwati, Penata Kependudukan dan Keluarga Berencana BKKBN Jateng, seusai menjadi narasumber Sosialisasi Penguatan Pendataan Keluarga di Desa Pakel, Andong, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu 15 September 2021.
Herlina menjelaskan, sudah ada beberapa pihak perusahaan besar yang sudah bergabung dengan BKKBN Jateng untuk mengentaskan angka stunting ini.
Selain pihak swasta, BKKBN juga sudah menerima bantuan dari BPBD Jateng dalam bentuk susu ibu hamil, susu bayi di bawah 2 tahun dan minyak goreng.
Baca Juga: Gerabah Tanah Liat Masih Bertahan di Desa Bentangan, Wonosari, Klaten
Semua bantuan ini akan didistribusikan ke Kampung Keluarga Berencana yang ada di Kabupaten Brebes, Semarang, dan Grobogan.
''Program terbaru BKKBN yaitu dapur sehat atasi stunting (Dashat). Di dapur Dashat ini, para kader mengolah makanan sehat dari bahan lokal, yang selanjutkan dibagikan untuk anak-anak serta ibu hamil,'' jelas Herlina.
Yang harus didampingi dan dipantau perkembangan kesehatannya serta asupan gizinya adalah ibu hamil dan anak-anak di bawah 2 tahun.
Agar bayi tidak stunting, Herlina menghimbau kepada semua ibu hamil agar memperhatikan 1000 hari pemilik kehidupan (HPK).
''Dalam 1000 HPK ini akan menentukan kesehatan bayi selanjutnya. Semenjak ibu hamil sampai bayi usia dua tahun, asupan gizinya harus terjaga. Bila dibiarkan begitu saja karena berbagai faktor, bayi kemungkinan akan jadi stunting,'' jelas Herlina.
Mengingat angka stunting secara nasional masih cukup tinggi, yaitu 27,7 persen, maka dibutuhkan kerjasama semua pihak untuk benar-benar mengurangi angka stunting.
''Bapak Presiden Jokowi menekankan agar tahun 2024 angka stunting ditekan sampai 14 persen,'' tambah Herlina.
Namun sampai saat ini, data anak stunting di Jawa Tengah belum valid berapa jumlah riilnya, sambung Herlina.
''Selama ini yang mengelola data Dinas Kesehatan melalui Bappeda sebagai penanggungjawabnya,'' pungkas Herlina.
Baca Juga: Ikan Mati Mendadak di Sungai Dengkeng, Cawas, Klaten Masih Dalam Penyelidikan
Kepala Dinas P2KB dan P3A Boyolali, Ratri S Survivalina mengingatkan adanya bonus demografi pada tahun 2045 yang akan datang.
Pada tahun tersebut, usia produktif di Indonesia jumlahnya lebih banyak daripada yang tidak produktif. Sehingga dari sekarang, harus dipersiapkan generasi muda yang sehat dan cerdas untuk mengharumkan nama Indonesia.
''Bagi para remaja harus kita bekali dengan pengetahuan betapa pentingnya mempunyai rencana perkawinan, rencana persalinan, agar generasi yang dihasilkan benar-benar generasi yang sehat,'' kata Ratri.
Baca Juga: PPKM Turun Level 3, Disdukcapil Sukoharjo Longgarkan Layanan Adminduk, Ini Penjelasannya
Mantan Kepala Dinas Kesehatan Boyolali ini melanjutkan, para remaja saat ini hidup dalam kungkungan dunia medsos. Banyak iklan-iklan yang justru menghambat pembangunan secara pribadi.
''Banyak makanan tidak sehat yang ditawarkan dalam iklan-iklan tersebut. Sehingga bila tidak hati-hati mengkonsumsi kuliner tersebut, dikhawatirkan akan mengganggu kesehatannya,'' kata Ratri.
Sehingga, untuk menekan angka stunting, harus melibatkan banyak pihak. Tidak hanya para orangtua saja yang diberi pemahaman bagaimana cara hidup yang sehat, namun para remaja juga harus dibekali sejak dini akan pentingnya menjaga kesehatan diri sendiri.***
BKKBN Jateng Gandeng Pihak Swasta Tekan Angka Stunting kata herlina is ambarwati koordinator bidang pengendal
by Kinan Riyanto