SUKOHARJOUPDATE - Masjid Nurul Huda, masjid pertama dan tertua Dusun Sintru, Desa Doplang, Karangpandan, Karanganyar kala itu didirikan untuk menarik perhatian para warga sekitar agar mau datang belajar agama serta menjalankan ibadah salat lima waktu.
Awalnya masjid itu didirkan tidak jauh dari makam Hasan tafsir, namun dengan berjalannya waktu masjid itu telah mengalami perpindahan sebanyak 3 kali dari tempat awalnya.
Meski sudah mengalami perpindahan sebanyak 3 kali, namun bentuk masjid itu tidak pernah berubah hingga sekarang. Hanya bedanya dulu awal berdirinya beruba dinding bambu namun sekarang sudah di ganti dengan semen.
Baca Juga: Menelusuri Jejak Masuknya Islam di Lereng Gunung Lawu 2 Abad Silam (1)
"Masjid ini sudah tiga kali kami pindah. Soalnya jumlah jamaahnya terus bertambah, sehingga membutuhkan lokasi yang lebar,"jelas Sulaiman saat ditemui sukoharjoupdate.com, di Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu 12 September 2021.
Upaya mendirikan masjid yang dilakukan cukup berhasil dan mampu membawa masyarakat yang tadinya buta tentang agama menjadi mengerti dan mau masuk serta menjalankan ibadah sesuai ajaran agama Islam.
Lama-kelamaan, jumlah orang yang mengaji di masjid tersebut semakin banyak dan akhirnya sang ulama mendirikan sebuah pesantren, tidak jauh dari lokasi masjid.
Baca Juga: Kekeringan Ditengah Pandemi, Warga Wilayah Sukoharjo Selatan Mulai Kesulitan Air Bersih
Pesantren yang didirikan itu berkembang pesat. Jumlah santrinya juga cukup banyak, berasal dari berbagai lokasi di wilayah Karangpandan dan sekitarnya.
Banyak santri dari Syekh Hasan Tafsir yang kemudian menjadi pemuka agama di daerah asal mereka masing-masing.
Ada juga yang menjadi guru ngaji di sekitar Karangpandan, lalu menurunkan ilmu agama kepada para santri dan masyarakat.
Baca Juga: Bupati Karanganyar Meradang Pendaki Nekat Naik Tugu Puncak Gunung Lawu: Cari Sampai Ketemu
Selain dikenal sebagai tokoh penyebar agama Islam, Hasan Tafsir juga dikenal sebagai tokoh yang memiliki kesaktian.
Terbukti di makam tersebut juga terdapat prasasti Kyai Imam Mubarok yang berbentuk payung yang menurut kepercayaan warga setempat itu dibuat dari batu bulat dan di potong menjadi dua dan separuhnya digunakan sebagai payung di saat hujan ataupun panas sewaktu beliau pergi berdakwah.
Selain makam dan masjid, bukti lainnya yang menunjukan penyebaran islam berupa ayat suci Al-Qur'an yang ditulis langsung oleh Hasan Tafsir diatas kulit hewan.
Baca Juga: Bertemu Bupati Karanganyar, Pemuda Viral Naik ke Atas Tugu Puncak Gunung Lawu Dihukum Menanam Pohon
Hanya sayangnya karena tidak dirawat dengan baik tafsir Quran kuno yang ditaksir berusia 2 abad lebih tersebut sebagian dimakan rayap dan juga banyak bagian yang diambil oleh orang-orang.
Selain Al-quran tulisan tangan bukti lainnya yang masih tersimpan di masjid tersebut adalah sejumlah buku di antaranya catatan perjalanan Islam, ajaran agama serta ilmu pengobatan. Buku-buku ini memakai huruf Arab Jawa.
Sukoharjoupdate.com berkesempatan untuk bisa melihatnya secara langsung tafsir Qur'an itu dituliskan di atas kulit sapi yang sudah di samak, ditulis dengan tinta bak berwarna merah juga hitam dan di buat seperti lembaran kertas. Disusun rapi selayaknya cetakan di jaman sekarang. Masih tersimpan sampai sekarang.
Baca Juga: 2000 Vaksin Moderna Disiapkan Bagi Peserta Ujian CANS di Karanganyar
Uniknya, meskipun ditulis menggunakan tangan,namun tulisan Al-quran pada kulit sapi tersebut cukup rapi bagaikan tulisan menggunakan mesin cetak.
Setiap huruf pada Al-quran tulisan tangan cukup jelas. Bahkan hingga kini, tulisan tersebut masih bisa dibaca.
Tak heran,ada kolektor terkenal di Indonesia,berani membayar mahal Al-quran pada kulit sapi tersebut. Namun,pihak keturunan Hasan Tafsir,enggan menjual peninggalaan bersejarah tersebut.
Dia menjelaskan bahwa masuknya Islam di daerah ini berkembang pada 1800-an hingga 1940-an. Sebelum jaman pendudukan Jepang. Di tempat ini pula dulunya didirikan pondok pesantren.
Sayangnya, sejak meninggalnya kedua alim ulama tersebut yakni Hasan Tafsir maupun Imam Mubarok dan kurang berperannya generasi penerus sesudahnya, peninggalan sejarah Islam di daerah itu kurang terawat dan sejak tahun 1950-an pondok pesantren tersebut sudah tak ada bekasnya. Bangunan-bangunan tersebut berganti dengan permukiman penduduk.
"Namun hingga kini buku peninggalan dan berisikan catatan perjalanan Islam di tahun 1800-an ini masih terus dipelajari oleh sejumlah santri-santri dari sebuah ponpes di Ngawi,” ujar nya.
Baca Juga: Melihat Tradisi Jamasan Pusaka Kyai Pamot, Keris Sakti Peninggalan Mangkunegara VIII di Karanganyar
Dia juga menjelaskan ajaran agama Islam di sini pertama pertama disebarkan oleh Hasan Istad pada 1800-an kemudian dilanjutkan oleh 2 keturunannya yakni Kiai Imam Mubarok dan ahli tafsir Syech Hasan Tafsir. Hingga akhirnya Islam bisa menyebar sampai sekarang ini.
Setelah itu, banyak pemuka agama yang muncul di wilayah Karangpandan. Sebagian besar pemuka agama itu belajar dari Syekh Hasan Tafsir yang kemudian terus diturunkan hingga saat ini.
"Orang yang bisa menerjemahkan Alquran itu dahulu ya Syekh Hasan itu, yang lain hanya bisa ngaji namun belum bisa mengartikan," ucapnya.*** (Habis)
Tafsir Al-Quran yang masih tersimpan meskipun kondisinya nyaris rusak ini sebagai tanda awal masuknya islam di wilayah Karanganyar
by Dita Arnanta