Sendang Bejen, Petilasan Mangkunegaran I Bawa Desa Mojoroto Karanganyar Masuk 10 Besar Proklim Jawa - Bali

Sendang Bejen, Dusun Dawe, Mojoroto, Mojogedang, Kabupaten Karanganyar menjadi lokasi wisata yang bersih dari kesan negatif

by Bramantyo

SUKOHARJOUPDATE - Suasana asri khas pedesaan begitu terasa di kawasan mata air atau Sendang Bejen, Dusun Dawe, Mojoroto, Mojogedang, Kabupaten Karanganyar.

Konon, dahulunya Sendang ini dipakai Raden Mas Said atau Raja Mangkunegaran I yang dijuluki pemerintah kolonial Belanda Samber Nyawa sebagai tempat beristirahat sekaligus persembunyian dari kejaran tentara kompeni.

Disendang inilah, Raden Mas Said atau Mangkunegaran I menyusun rencana memukul balik tentara Belanda.

Baca Juga: Bangunan Era Kolonial Ini Pernah Jadi Rumah Dinas Jokowi di Solo

Belanda sendiri tak menyangka bila Raja Mangkunegaran yang mereka beri gelar Pangeran Sambernyawa ini bersembunyi ditempat tersebut. Dahulunya Dusun Dawe ini merupakan hutan belantara dan belum terjamah sama sekali oleh Manusia.

Sehingga tak heran, bila Dusun Dawe ini satu-satunya wilayah di Karanganyar yang tak pernah tersentuh sama sekali oleh tentara kolonial Belanda kala itu.

Setelah mangkrak cukup lama dan kerap disalah gunakan untuk keperluan yang bertentangan dengan agama, anak-anak muda dusun Dawe, desa Mojoroto ini menyulap lokasi tersebut menjadi lokasi wisata yang cukup cantik.

Baca Juga: Ikan Mati Mendadak di Sungai Dengkeng, Cawas, Klaten Masih Dalam Penyelidikan

Tak hanya menyulap Sendang Bejen menjadi lokasi wisata yang bersih dari kesan negatif, para pemuda di desa ini pun mampu menyulap desa mereka seperti kala masa kerajaan Majapahit.

Pada pintu masuk desa, dibangun sebuah tugu berdisain Majapahit. Termasuk jalur menuju kesendang Bejen inipun ditata sedemikian rupa seperti saat masa Majapahit.

Kerja keras anak muda Dusun Dawe, Desa Mojoroto, Mojogedang, Karanganyar ini akhirnya membuahkan hasil.

Baca Juga: Buron Kejaksaan Agung Adelin Lis Tertangkap, Misteri Paspor Palsu hingga Kini Belum Terungkap

Dusun Dawe dipercaya mewakili Jawa Tengah dalam verifikasi Program Kampung Iklim (Proklim). Program ProKlim merupakan program berlingkup nasional dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Katagori program ini melihat sejauh mana keterlibatan masyarakat dalam melakukan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, serta penurunan emisi gas rumah kaca.

Pejabat Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Jawa Bali dan Nusa Tenggara- Kementrian LHK, Nur Hayati sebut verifikasi Proklim ini bertujuan untuk memeriksa kesesuaian data dan infomasi yang dikirim oleh pengusul lokasi kampung iklim.

Baca Juga: Indonesia Terima 500 Ribu Dosis Vaksin Johnson & Johnson Asal Belanda, BPOM: Sekali Suntik

Salah satu parameternya adalah disesuaikan dengan kondisi lapangan dan kultur budaya daerah setempat, salah satunya dusun Dawe desa Mojoroto, Mojogedang.

"Seperti keberadaan sumber mata air (sendang Bejen) yang dimanfaatkan untuk pertanian," jelasnya belum lama ini.

Menurut Nur, ada 30 daerah yang masuk kriteria Proklim karena memiliki penilaian diatas angka 81 dan masuk dalam kategori Utama.

Baca Juga: Naik Pesawat di Jawa dan Luar Jawa-Bali Berlaku September 2021, inilah Syaratnya

"Nantinya peserta proklim akan menerima sertifikat sesuai kategorinya baik itu pratama, madya dan utama. Kementrian juga memberikan apresiasi untuk masuk di sistem register nasional (SRN)," imbuhnya.

Kepala Desa Mojoroto, Ngatman mengajak masyarakat berpartisiapsi menjaga lingkungan dan mata air yang ada di dusun ini.

Salah satunya menjaga sumber air bersejarah peninggalan Raden Mas Said untuk kebutuhan masyarakat.

Baca Juga: Baru Tujuh Jenazah Korban Kebakaran Lapas Tangerang Teridentifikasi, Begini Penjelasan Polisi dan Kemenkumham

"Terutama bagi petani di musim kemarau. Karena debitnya tetap sama baik di musim kemarau maupun musim penghujan. Dan Alhamdulilah Desa Mojoroto masuk 10 besar kampung Prokoklim di Jawa, Bali, Nusa Tenggara (Jabanusa)," ungkapnya.

Penduduk desa yang mayoritasnya petani ini juga membuat pupuk organik dengan bantuan pendampingan Dinas Pertanian.

Termasuk pemberdayaan UMKM ternak madu Lanceng dan pembuatan Kue Bolu Tiwul, yang akan menjadi pruduk unggulan desa setempat.

Baca Juga: Nemu Handphone Enggan Mengembalikan, Seorang Jukir di Kartasura Sukoharjo Diamankan Polisi

"Ada penyuluhan ternak lebah madu Lanceng, budidaya tanaman hias juga pengelolaan pupuk organik untuk kegiatan pertanian. Baik padat maupun cair supaya petani tidak hanya mengandalkan pupuk kimia," pungkasnya. ***

Author : Bramantyo

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Excepturi doloribus unde molestias laborum delectus adipisci, eos repellat in debitis cum impedit numquam, architecto, facilis.