Unik, Sendang Wicaksono Peninggalan PB X di Sukoharjo Berbentuk Persegi 10, Penunggunya Tak Kasat Mata

Suasana asri khas pedesaan begitu terasa di kawasan mata air atau Sendang Wicaksono di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo

by Triyanto

SUKOHARJOUPDATE - Suasana asri khas pedesaan begitu terasa di kawasan mata air atau Sendang Wicaksono di Desa/ Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.

Nama Wicaksono diberikan oleh Raja Keraton Surakarta Sri Susuhunan Paku Buwono X (1839-1939) yang memerintahkan untuk membuat bangunan di sekitar sendang.

Setelah sekian ratus tahun mangkrak bahkan ada yang tertutup endapan lumpur, bangunan sendang peninggalan PB X ini selesai dipugar pada pertengahan 2021.

Baca Juga: Tunggu Proses Sidang, Kejari Tahan 3 Tersangka Tindak Pidana Cukai di Rutan Polres Sukoharjo

Uniknya, pemugaran yang diinisiasi oleh salah satu anggota DPR RI asal Sukoharjo ini tetap mempertahankan bentuk aslinya, yakni persegi 10.

Seperti dituturkan Sidik Noto Prayitno (86), warga desa setempat yang masih setia merawat mata air peninggalan PB X tersebut hingga sekarang.

Oleh Sidik, saat bangunan sendang yang terletak tidak jauh dari Balai Desa Polokarto ini akan dipugar, ia bersikukuh untuk tidak merubah bentuk asli sendang seperti saat dibangun di masa PB X.

Baca Juga: Gandeng TNI-Polri, PT Rajawali Bagikan 1.000 Paket Sembako untuk Warga Sukoharjo Terdampak Corona

Sendang yang berada di pinggir sungai kecil di bawah pohon beringin besar ini, terdapat 3 mata air saling berdekatan dengan masing - masing dibatasi tembok.

"Dahulu, panjenengan Ndalem Ingkang Sinuwun PB X pernah ke Kecamatan Polokarto, dulu tempatnya di Balai Desa Polokarto sebelum dipindah dekat Pasar Glondongan, sekitar tahun 1966," tutur Sidik, pada Kamis 9 September 2021.

Ia bercerita, saat berkunjung ke Kecamatan Polokarto, PB X mengambil air di sendang lalu meminumnya. Kemudian, setelah pulang ke Keraton, PB X mengutus abdi dalem untuk mengambil air di sendang itu lagi.

Baca Juga: Kerahkan Satlantas, Polres Sukoharjo Sosialisasi Aplikasi PeduliLindungi di Terminal

"Abdi dalem diutus untuk ambil air sendang, menggunakan blek (wadah dari bahan seng-Red), atau kaleng tempat air. Dulu belum ada plastik. Kemudian air sendang diserahkan kepada Sinuwun," kata Sidik.

Tak berselang lama setelah menyerahkan air, abdi dalem tersebut diperintahkan lagi untuk kembali ke sendang. Perintahnya yakni, untuk membangun sendang dengan bentuk bangunan persegi 10.

"Masyarakat sini, dulu menggunakan sendang ini untuk kebutuhan sehari-hari. Saat itu, mereka menyebutnya sendang lanang, sendang wedok. Namun setelah dibangun, oleh Sinuwun PB X diberi nama Sendang Wicaksono," katanya.

Baca Juga: Tunggu Proses Sidang, Kejari Tahan 3 Tersangka Tindak Pidana Cukai di Rutan Polres Sukoharjo

Setelah selesai dibangun, PB X mengirim penunggu sendang. Namun, yang dikirim itu adalah abdi dalem pungkuran, atau sosok yang tidak kasat mata.

"Abdi dalem yang tidak kasat mata di boyong ke sendang ini. Namanya Nyi Roro Denok. Dulu, nama dukuh sini Punjen. Setelah Nyi Roro Denok di boyong kesini, nama dusun diganti Denokan," ujarnya.

Ada cerita unik disampaikan Sidik, saat sendang akan dipugar, ia mengaku juga diberi pusaka, tapi tidak kasat mata berukuran kecil. Pada saatnya nanti, jika diminta akan dikembalikan.

Baca Juga: Misteri Pohon Sulastri di Pesanggrahan Langenharjo Sukoharjo, Berawal dari PB IX Carikan Jodoh Abdi Dalem

"Kalau nanti diminta ya dikembalikan, saya kan hanya dipercaya untuk merawat," sebutnya.

Sejak sendang dipugar, menurut Sidik, setiap malam masih banyak orang yang datang melakukan ritual tirakat dengan beragam niat.

"Saat akan dipugar, saya juga diajak rembugan (musyawarah-Red) bagaimana baiknya. Saya minta, bentuknya tidak berubah, tetap segi 10 sesuai dawuh Sinuwun PB X," imbuhnya.

Baca Juga: Satlantas Polres Sukoharjo Ungkap Penyebab Tewasnya Pengendara Motor Terkapar di Pematang Sawah

Sekarang, bangunan sendang yang semula terlihat angker, kuno dan berlumut tertutup sedimen lumpur sejak sekira tahun 1950 sudah terlihat asri, bersih, dan terawat.

Kondisi bangunan penunjang sendang dibuatkan taman dan tempat singgah yang rindang. Batas sendang dan sungai juga di talud, supaya sendang tidak lagi tertutup sedimen.

"Karon (tempat air dari tanah liat-Red) masih dipertahankan. Prasasti bertuliskan PB X tanggal lahir dan usia ketika meninggal juga masih dipertahankan," pungkas Sidik.***

Author : Triyanto

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Excepturi doloribus unde molestias laborum delectus adipisci, eos repellat in debitis cum impedit numquam, architecto, facilis.