Keraton Surakarta Berduka, Salah Satu Kerbau Bule Keramat Turunan Kyai Slamet Mati

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat berduka, Kerbau jantan keturunan kerbau bule bernama Kyai Slamet, mati karena usia tua

by Triyanto

SUKOHARJOUPDATE - Duka menyelimuti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, salah satu kerbau bule betina miliknya, pasangan kerbau jantan keturunan kerbau bule bernama Kyai Slamet, mati karena usia tua.

"Ya, (benar) Mahesa (kerbau-Red) ini yang paling tua pengembalian dari Madiun," kata salah satu putri Paku Buwono (PB) XII, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari atau biasa disapa Gusti Moeng, saat dikonfirmasi pada Sabtu 28 Agustus 2021.

Kerbau yang mati ini menurutnya, di jaman Paku Buwono XII masih hidup memang pernah berada di Madiun Jawa Timur karena diminta oleh salah satu tokoh sesepuh disana yang ingin ikut memelihara.

Baca Juga: Dikenal Mengaku Sebagai Penerus Kasultanan Keraton Pajang, Suradi Kini Jatuh Sakit

"Tapi itu hitam (tidak berkulit bule) meskipun keturunan Kyai Slamet. Di Madiun cukup lama itu, perkiraan saya mungkin sekitar 20 tahun lamanya," ungkapnya.

Dalam perjalanannya, saat Keraton Surakarta menggelar acara peringatan 7 hari meninggalnya PB XII, sesepuh dari Madiun ini datang menyampaikan, bahwa kerbau yang selama ini dipeliharanya disebutkan minta pulang ke Keraton Surakarta.

"Saat itu kami juga binggung, karena kerbau sudah lama disana (Madiun-Red). Mau ditaruh (ditempatkan-Red) dimana kerbau ini. Dan ternyata terus minta pulang," ungkap Gusti Moeng.

Baca Juga: Malam 1 Suro Seluruh Jalur Pendakian Gunung Lawu Ditutup! Bupati Karanganyar: Laku Prihatin Dirumah

Akhirnya kerbau tersebut dijemput untuk dibawa kembali ke Keraton Surakarta. Kerbau berjenis kelamin jantan ini, rupanya selama di Madiun juga telah memiliki pasangan seekor kerbau betina.

"Ceweknya (kerbau betina-Red) malah bule, ndak tahu itu dapat (pasangan) dari mana, dan sudah punya anak yang juga bule," paparnya.

Keanehan terjadi saat kerbau jantan ini sendirian dinaikkan ke atas truk yang datang ke Madiun untuk menjemput membawa pulang ke Keraton Surakarta, mesin truk mendadak tidak bisa dihidupkan.

Baca Juga: Sambut Satu Suro Pesanggrahan Sultan Hadiwijaya Pajang Adakan Selametan

"Kerbau jantan ini dari atas truk hanya melihat kerbau betina pasangannya yang berdiri dibawah bersama kerbau bule anaknya, kemudian menangis. Setelah melihat itu, akhirnya kerbau betina dan anaknya ini kemudian dibawa sekalian, dan mesin truk baru bisa dihidupkan," tutur Gusti Moeng.

Sesampai di Keraton Surakarta, kerbau jantan turunan Kyai Slamet bersama kerbau bule dan anaknya di tempatkan di Sitihinggil Kidul, terpisah dengan kandang kerbau keraton turunan Kyai Slamet lainnya.

"Seminggu setelah disini, kerbau jantan (hitam) yang paling tua ini meninggal, dan selama di sini telah memiliki keturunan 6 ekor kerbau. Kemudian kami titipkan kepada salah satu keluarga keraton di Dawar Boyolali hingga berkembang biak sampai 11 ekor," sambungnya.

Baca Juga: Solo Madani Indonesia Jaya Tabur Bunga dan Do'a di Taman Makam Pahlawan, Sempat Didatangi Polisi

Selama dalam perawatan di lingkungan Keraton Surakarta, kerbau pengembalian dari Madiun ini telah mengalami pasang surut kehidupan. Ada yang mati, ada juga lahir keturunan baru.

"Kalau yang meninggal ini, diperkirakan umurnya ya sekitar 40 tahun," imbuh Gusti Moeng yang juga Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta ini.

Terpisah, KRA Ahmadi Hadinegoro, pawang kerbau milik Keraton Surakarta yang berada di Pengging, Kabupaten Boyolali menambahkan, kerbau bule berjenis kelamin betina yang mati bernama Nyai Sipon Sepuh.

Baca Juga: Gonjang Ganjing Baliho Puan Maharani Ditengah Pandemi, Rupanya Juga Diproduksi di Kota Solo

"Salah satu keturunan Kyai Slamet yang paling tua yang berasal dari Madiun Jawa Timur, dan dibawa kembali ke Keraton Surakarta karena memang minta pulang ke sini (Solo-Red)," jelasnya.

Sekitar tahun 2011 kerbau bule dari Madiun ini di titipkan di Dawar Kabupaten Boyolali sampai tahun 2019. Setelah wafatnya Ki Marjito sang pawang kerbau maka kemudian  dipindahkan lagi ke Pengging Banyudono, Boyolali.

"Nyai Sipon Sepuh sempat sakit sekitar 4 hari di karenakan sakit usia tua. Sempat di rawat oleh mantri  hewan (petugas kesehatan hewan ternak) namun sekitaran pukul 15.00 WIB meninggal dan akan di makamkan di kandang Karang Mojo Pengging," pungkasnya.***

Author : Triyanto

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Excepturi doloribus unde molestias laborum delectus adipisci, eos repellat in debitis cum impedit numquam, architecto, facilis.