SUKOHARJOUPDATE - Nama Suradi di kalangan pelestari petilasan Kasultanan Keraton Pajang di Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, selama ini sudah sangat familiar.
Pada Tahun 2011 silam, pria asal Kecamatan Jebres Kota Solo yang berprofesi sebagai developer ini membuat geger mendirikan Yayasan Kasultanan Keraton Pajang (KKP).
Ia mengklaim sebagai penerus Keraton Pajang.
Baca Juga: Sambut Satu Suro Pesanggrahan Sultan Hadiwijaya Pajang Adakan Selametan
Sebagai pendiri, Suradi yang disebut memiliki nasab keturunan Sultan Hadiwijaya ini bahkan memakai gelar pada namanya, Sultan Prabu Hadiwijaya Khalifatullah IV.
Atas kemunculan Suradi dengan gelarnya tersebut, Keraton Kasunanan Surakarta melalui Lembaga Dewan Adat (LDA) yang dipimpin putri PB XII, GKR Wandansari atau Gusti Moeng sempat terkaget dan dengan tegas menolak.
Namun pada akhirnya tidak mengubris keberadaan Suradi.
Baca Juga: Puluhan Pengendara Motor Knalpot Bising yang Akan Sanmori di Tawangmangu Gigit Jari Kena Tilang
Diawal berdirinya, Yayasan KKP sering menggelar kegiatan berupa upacara budaya dengan memakai simbol-simbol keraton. Namun kini seiring wabah corona yang melanda Indonesia, gaungnya tidak pernah terdengar.
Bahkan Suradi dikabarkan jatuh sakit.
Tak hanya itu, istri Suradi yang selama ini tinggal berdua didalam bangunan Yayasan KKP ditemani beberapa orang pengikutnya, juga dikabarkan baru saja meninggal dunia.
Baca Juga: Percepat Kekebalan Komunal, Pemkot Solo Kebut Vaksinasi
Terkait sakitnya Suradi dan meninggalnya sang istri, dibenarkan oleh salah seorang pengikutnya yang bernama Mbah Diyo. Pria berumur 65 tahun ini mengaku, juga biasa disebut sebagai juru kunci Yayasan KKP ditempat Suradi tinggal.
"Istrinya meninggal dunia baru Sabtu 7 Agustus 2021 kemarin. Meninggal bukan karena corona karena pemakamannya tidak dengan cara protokol kesehatan," kata Mbah Diyo saat ditemui, Minggu 8 Agustus 2021.
Sementara untuk Suradi sendiri, ia mengatakan sakit jantungnya kambuh. Selama ini, jantung Suradi menurutnya sudah dipasangi alat bantu berupa ring.
Baca Juga: Gudang Bahan Jamu di Sukoharjo Terbakar Hebat, Damkar Solo Raya Dikerahkan
"Yang jelas (Suradi) sakit jantung. Mulai sakitnya sejak malam takbiran Idul Adha. Kalau dari keterangan dokter, karena sejak pasang ring pertama nggak pernah kontrol," paparnya.
Semestinya, Suradi harus menjalani operasi di rumah sakit untuk pemasangan ring lagi. Dari semula satu, kata Mbah Diyo mengutip informasi dari keluarga Suradi, seharusnya dipasang dua ring.
"Sekarang yang tinggal disini bisa dikatakan hanya saya dan beberapa orang dan Pak Kanjeng (sebutan untuk Suradi) sendiri. Saya yang tiap hari bersih- bersih disini," imbuhnya.
Baca Juga: Gonjang Ganjing Baliho Puan Maharani Ditengah Pandemi, Rupanya Juga Diproduksi di Kota Solo
Diketahui, bangunan Yayasan KKP yang didirikan Suradi letaknya persis bersebelahan dengan kawasan petilasan Keraton Pajang. Luasnya sekitar 4.000 meter persegi dikelilingi pagar tembok tinggi.
Meskipun begitu, antara Yayasan KKP dan pengelola petilasan yang terdiri dari berbagai individu kelompok masyarakat sama sekali tidak berhubungan. Bahkan bisa dikatakan saling bersaing.
Namun disisi lain, mereka sama -sama menyatakan sebagai pelestari peninggalan Keraton Pajang dengan rajanya pada masa itu adalah Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir.***
Suradi, pria asal Jebres Kota Solo yang berprofesi sebagai developer ini mengklaim sebagai penerus Keraton Pajang.
by Triyanto